Safety Tidak Hanya Komitmen,
Namun Juga Komunikasi

Oleh: Saulina Laura Margaretha, QSHE Senior Manager and Designated Person Ashore MBSS
Harus beroperasi secara efektif dan efisien namun tetap mengutamakan keselamatan, dapat menjadi tantangan tersendiri bagi MBSS. Sosok Saulina dengan pengalamannya sebagai pelaut di berbagai perusahaan pelayaran menjadikannya sosok ideal dalam menjembatani kebutuhan manajemen dan kru kapal di lapangan.

 

“Mereka hanya ingin didengarkan,” itulah respon pertama yang dilontarkan Saulina Laura Margaretha, ketika ditanya mengenai hal-hal yang harus diperhatikan saat berkomunikasi dengan kru kapal. Pengalaman selama delapan tahun menjadi pelaut membuat  Quality, Safety, Health, Environment (QSHE) Senior Manager and Designated Person Ashore (DPA) PT Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS) ini begitu paham tentang seluk beluk dunia pelayaran.

Apa fungsi dan peran Anda di MBSS saat ini?

QSHE lebih kepada pengawasan management system karena MBSS sudah memiliki sertifikasi ISO 9001, 14001, OHSAS 18000, dan Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL), sehingga International Safety Management (ISM) Code harus juga dilaksanakan. Semua standar ini pada dasarnya sama, mengatur agar siapapun dapat melakukan pekerjaannya, serta membuat sistem dan implementasinya. DPA merupakan appointing person yang menjembatani komunikasi atau implementasi dari management system yang dilakukan perusahaan kepada awak kapal.

Setiap hari saya berkordinasi dengan kolega di kantor pusat di Jakarta, maupun para perwakilan QSHE di masing-masing site, karenanya ponsel saya harus aktif 24 jam. Proses yang secara SOP sebenarnya sudah ada, tetapi kadang ada implementasi yang bisa diperbaiki sehingga butuh solusi altenatif, misalnya seperti optimalisasi alat di atas kapal.

Apa tantangan utama QSHE MBSS saat ini?

Komunikasi menjadi aspek strategis dalam menyelesaikan permasalahan. Pendekatan intens perlu dilakukan sehingga sinergi semua departemen di MBSS dapat terjadi. Makanya semangat back to basic yang didengungkan Direksi saat ini menjadi penting sebagai pemacu kita untuk terus mengembangkan diri.

Operasional MBSS memerlukan kerjasama seluruh pihak, baik manajemen maupun kru kapal yang mengendalikan tug boat dan floating crane. Komunikasi dan komitmen menjadi kata kunci disini. Setiap pihak punya peran yang penting dan saling menunjang, misalnya saat kru harus bekerja di kapal dan selalu mengutamakan safety, maka menjadi tugas tim lainnya untuk selalu meyakini Personal Protective Equipment (PPE) mereka memadai. Benarkah kesehatan mereka saat di atas kapal sudah diperiksa dengan baik? Apakah mereka sudah dibekali brief yang jelas akan kondisi kapal? Safety bukan hanya sebatas himbauan dan kata-kata namun kita sebagai supporting team harus saling bantu agar mereka dapat mengerjakan tugasnya dengan aman.

Lakukan semuanya dengan sepenuh hati dan komitmen tinggi

 

Apa saja program dari QSHE yang tengah dilakukan saat ini?

Saat ini kami mencoba melakukan digitalisasi dengan membuat aplikasi informasi, mulai dari campaign, training, SOP, newsletter, sehingga nantinya kru kapal dapat mengaksesnya kapanpun lewat ponsel. Versi tahap awal sendiri sudah bisa digunakan dan diharapkan Juni-Juli ini sudah meluncur versi penuhnya.

MBSS saat ini juga sedang meluncurkan program MBSS Berani, yaitu inisiatif untuk mengambil langkah maju dan berani memperkuat identitas sebagai perusahaan pelayaran energi dengan standar operasi internasional.

Kemudian kami juga terus menekankan Near Miss Report, yaitu inisiatif pelaporan jumlah kejadian yang merupakan salah satu upaya untuk mengurangi jumlah kecelakaan. Safety merupakan hal yang sangat penting di MBSS. Jumlah kecelakaan di MBSS seperti property damages dan personal injuries menjadi perhatian besar. Tahun lalu MBSS berhasil mengurangi jumlah insiden secara signifikan. Tahun ini kita berusaha mendorong pelaporan segala bentuk kejadian sebagai bahan evaluasi dan pembelajaran bersama baik di kantor, site, maupun di atas kapal.

Sejalan dengan implementasi dari peningkatan inisiatif komunikasi dan kolaborasi internal, perubahannya pun cukup signifikan. Pada 2019, jumlah laporan yang masuk sekitar 180. Namun hingga Mei tahun ini, kami sudah menerima sekitar 240 laporan yang menunjukkan awareness safety yang terus meningkat.

Operasional yang efisien dan efektif menjadi salah satu kekuatan perusahaan dan hal ini harus selaras dengan aspek SHE mengingat kegiatan operasional di atas kapal penuh risiko. Terlebih lagi dengan faktor cuaca yang terkadang tidak mendukung, seperti misalnya tingginya gelombang laut dan cuaca buruk. Sehingga meski aspek keselamatan telah diperhatikan namun setiap awak kapal harus lebih berhati-hati menghadapi kemungkinan yang tidak terduga termasuk akibat perubahan cuaca yang mungkin terjadi dengan cepat.

Untuk itu, penting untuk semua karyawan memahami benar kondisi fisik kru maupun kelayakan kapal dan perkiraan kondisi di laut sebelum berlayar. Jangan ragu untuk menghentikan dan melaporkan kondisi yang dinilai tidak aman saat melaksanaan pekerjaan. Keselamatan karyawan selalu menjadi utama bagi perusahaan sesuai pepatah kami, “Have another day by being safe today”.

Sejauh mana dampak COVID-19 terhadap kinerja QSHE?

Program-program dalam tiga bulan terakhir banyak menemui hambatan, namun kami cepat beradaptasi, misalnya mengubah regular visit ke metode online, serta mengganti beberapa sistem yang sebelumnya dilakukan tim site menjadi dilakukan langsung oleh kru kapal tanpa mengurangi kualitas. Saat ini QSHE hanya diperbolehkan naik ke atas kapal jika ada keadaan darurat, atau investigasi jika ada peristiwa kecelakaan. Untuk kru kapal sendiri sejak akhir Maret 2020, kebijakannya mereka sudah tidak boleh turun dari kapal. Sementara untuk pergantian kru, saat ini kami mulai simulasi, termasuk proses pergantian personel dan aturan karantina 14 hari.

Dalam lingkup Indika Energy Group (IEG), bagaimana sinergi QHSE bisa ditingkatkan?

Wadah yang dapat menghimpun rekan-rekan QHSE IEG sehingga semua personel dapat saling melengkapi, bertukar pengalaman, serta berbagi ide dan solusi untuk meningkatkan kemampuan diri.

Bagaimana bisa terjun ke dunia pelayaran?

Tidak pernah terpikir sebelumnya untuk menjadi pelaut, apalagi keluarga saya tidak ada yang berlatar belakang pelaut. Bermula dari iseng saat mendaftar di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta, namun ternyata kini menjadi jalan hidup saya.

Selesai pendidikan, tidak mudah bagi saya mendapatkan pekerjaan di industri yang didominasi pria ini. Tidak sedikit dari mereka yang memandang sebelah mata karena saya perempuan. “Saya tidak butuh kadet pintar, tapi butuh kadet yang bisa bekerja, dan menurut saya perempuan tidak cocok dengan pekerjaan ini,” itulah ucapan mereka.

Namun saya percaya, saat pintu kesempatan terbuka mereka dapat melihat bahwa saya mampu memberikan performa terbaik meski saya perempuan. Dan kini bersama MBSS tekad saya tetap sama, melakukan apapun dengan sepenuh hati dan komitmen tinggi.

Meski perempuan, saya telah berkesempatan mendaki tujuh puncak tertinggi di tujuh kepulauan besar Indonesia (7 Summits Indonesia). Target saya berikutnya, 50 gunung sebelum genap berusia 50 tahun.