Solar Energy 101 ala EMITS

Energi surya merupakan sumber energi yang sudah ada sejak lama namun belum secara maksimal dimanfaatkan. Lalu bagaimana sumber energi ini bekerja?

Pada 2021 lalu Indika Energy mendirikan Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) melalui kemitraan dengan Fourth Partner Energy yang dimiliki secara mayoritas oleh The Rise Fund, social impact fund terbesar di dunia. Pendirian EMITS ini merupakan wujud komitmen Indika Energy dalam mendiversifikasi portofolio bisnis, mencapai tujuan keberlanjutan, meningkatkan kinerja Environmental, Social, and Governance (ESG) serta mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025.

Hingga saat ini, EMITS telah memperluas portofolionya melalui pemasangan solar PV baik untuk internal Indika Energy Group maupun kemitraan bersama dengan beberapa perusahaan terkemuka di Indonesia yang menjalankan bisnis di area perkebunan, pulp and paper, pembangkit listrik, pertambangan, produk kayu, gedung perkantoran, pelabuhan (green port). 

Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) merupakan sumber energi terbarukan. Disebut sumber energi terbarukan, karena PLTS menggunakan energi matahari yang tidak terbatas, tidak akan habis, dan diperbarui terus-menerus secara alami oleh alam. 

Dilansir dari Center for Sustainable Systems, rata-rata radiasi sinar matahari ke bumi adalah 1,73 x 10^5 terawatt, sedangkan rata-rata permintaan listrik global adalah 2,7 terawatt. Artinya, sinar matahari dalam beberapa jam saja dapat memenuhi kebutuhan energi dunia selama setahun penuh bila dimanfaatkan secara efisien oleh PLTS. 

Namun sudahkah kita sebenarnya tahu banyak hal tentang berbagai tentang energi terbarukan ini? Untuk itu, Indikator berbincang dengan Gracia Manuella, Assistant Manager Business Development EMITS, agar kita bisa mengenal lebih jauh tentang tenaga sinar matahari ini.

  • Yang diserap sebagai sumber tenaga itu bukan panas matahari, namun sinar matahari. 

Matahari memancarkan cahaya yang mengandung sel foton. Sel ini yang “ditangkap” oleh panel surya untuk diubah menjadi energi listrik. Sel yang diserap panel akan dipecah menjadi ion negatif dan ion positif yang bergerak ke kutubnya masing-masing. Pergerakan ini menimbulkan beda potensial sehingga menyebabkan aliran elektron yang menghasilkan arus listrik. 

  • Suhu dingin atau panas sebuah wilayah tidak mempengaruhi penyerapan tenaga surya.

Suhu lebih mempengaruhi kinerja di alat panel surya dan kelistrikannya. Jika dalam suhu yang sangat panas, dapat memperpendek usia pemakaian alat. Analoginya seperti kita sedang mengisi baterai handphone, akan lebih cepat panas jika dilakukan di outdoor dibandingkan di tempat dengan penyejuk ruangan. 

  • Walau mendung berhari-hari, tenaga surya masih bisa didapatkan.

Tetap ada yang bisa diserap, walau jumlahnya akan kecil. Matahari akan terus ada sepanjang pagi dan siang hari. Sehingga walau terhalang awan mendung, sinar yang mengandung foton tetap memancar dan bisa tetap ditangkap oleh panel. 

  • Tenaga surya yang “tersimpan” dapat digunakan di malam hari. 

Pembangkit tenaga surya dapat berjalan dalam beberapa skema pengoperasian. Pertama adalah skema on-grid yang terhubung dengan sumber listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Saat siang hari kebutuhan listrik disediakan dari PLTS, sementara di malam hari menggunakan listrik PLN. Skema kedua adalah off-grid yang tidak tersambung dengan PLN. Namun ada juga skema off-grid plus baterai, yang dapat menyimpan energi surya di siang hari. Misalnya panel surya di siang hari dapat menyimpan 10.000 WP (watts peak), sedangkan energi yang dibutuhkan 5.000 WP. Berarti ada sisa 5.000 WP yang tersimpan di baterai yang bisa digunakan di malam hari. 

  • Arus listrik panel surya bertipe DC, beda dengan listrik PLN yang bertipe AC. 

AC (Alternating Current) sering disebut arus bolak-balik. Sedangkan tipe DC (Direct Current) sebagai arus listrik searah. Maka diperlukan alat inverter untuk mengubah arusnya menjadi AC sehingga aman digunakan untuk berbagai kebutuhan listrik di rumah atau skala lain.

  • Panel tenaga surya bukan terbuat dari kaca, namun dari silikon.

Perawatan panel ini cukup dipel secara berkala, layaknya kita mengepel lantai rumah. Kalau di daerah yang cukup berangin dan berdebu, pengepelan harus dilakukan lebih sering agar panel tidak tertutup kotoran, sehingga penyerapan sinar matahari dapat optimal. 

  • Modal pemasangan instalasi tenaga surya relatif mahal, namun akan bernilai ekonomis dalam jangka panjang. 

Harga pemasangan instalasi tenaga surya sebesar USD 1.000 untuk 1 kWp (kilowatts peak), atau sekitar Rp14,5 juta yang dapat digunakan untuk perumahan dengan daya listrik sekitar 1300 VA. Sehingga untuk daya rumah yang lebih besar lagi, harus memasang instalasi yang mampu menghasilkan 2 kw peak, atau biaya sekitar 30 juta

Investasi di awal mungkin terlihat mahal, namun secara jangka panjang 10-15 tahun pemakaian, justru dapat menguntungkan pemasang, tergantung dari besar penghematan biaya listrik dari instalasi tenaga surya yang ada. Misalnya tagihan listrik rata-rata bulanan sebuah rumah sebesar Rp 800.000 dengan daya listrik rumah 2.200 VA. Dengan penggunaan tenaga surya, bisa mengurangi 50% biaya listrik bulanan. Dari situ kita bisa menghitung penghematan yang bisa dihasilkan dalam setahun atau sekian tahun ke depan, sehingga akhirnya dapat menutup biaya dari investasi awal.

Ada juga mekanisme ekspor-impor, yaitu pelanggan PLN yang memasang panel surya, dapat menjual energi listrik yang dihasilkan PLTS nya ke PLN. Sehingga keuntungannya menjadi ganda. Selain menghemat biaya listrik bulanan, namun juga bisa menjual listrik. 

  • Ada skema leasing untuk menekan kebutuhan modal pemasangan panel surya. 

Pihak developer yang akan memasangkan PLTS di kediaman klien yang beban biaya pemasangan akan ditanggung oleh developer. Setiap bulannya, klien akan mempunyai dua billing, yaitu ke PLN dan developer. Jika misalnya setiap bulan bayar listrik kepada pihak PLN, sejak dipasang panel surya dapat disubsidi dengan adanya listrik yang terdapat di panel surya tersebut hingga dapat menghemat biaya listrik per bulannya. Tidak jarang juga developer memberikan diskon untuk panel surya yang digunakan. 

  • Cukup kah tenaga surya menghidupkan seluruh kebutuhan listrik sebuah rumah?

Selama perhitungannya tepat, maka akan dapat dihitung seberapa banyak panel yang dibutuhkan untuk penerangan seisi rumah. Seperti penggunaan baterai pun apakah diperlukan atau tidak bisa dikalkulasikan terlebih dahulu kebutuhannya. Sejauh perhitungan tepat akan sangat bisa untuk dapat menerangi seisi rumah. 

  •  Apakah penggunaan panel surya untuk tenaga listrik sebuah rumah dapat sama seperti penggunaan listrik dengan PLN?

Tenaga surya merupakan intermittent energy, atau energi yang “putus-nyambung”. Maka dibutuhkan baterai dan juga inverter yang bisa mengubah daya dari DC ke AC, dan tentu saja pemasangan dan maintenance yang benar, sehingga kegagalan supply daya untuk kebutuhan rumah tidak terjadi.

  • Tenaga surya adalah sumber energi yang berkelanjutan.

Karena tenaga matahari tidak akan pernah habis, relatif berbeda dengan sumber energi lain yang mempunyai keterbatasan ketersediaan. Konversi tenaga matahari sebagai sumber menjadi listrik juga dapat mengurangi emisi karbon yang sekarang tengah menjadi komitmen penting korporasi energi, termasuk Indika Energy.