Kelola Sampah, Lindungi Bumi

Sampah menjadi isu lingkungan yang tak bisa dianggap remeh penanggulangannya.

Dengan jumlah penduduk lebih dari 270  juta orang, Indonesia merupakan negara terpadat keempat dan pencemar plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Indonesia menghasilkan 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak dikelola per tahun, dengan sekitar 1,29 juta ton diantaranya berakhir di laut. Selain itu, sekitar 10 miliar kantong plastik, setara dengan 85.000 ton, dilepaskan ke lingkungan setempat setiap tahun. 

Sampah plastik yang tidak terkelola ini juga berdampak pada sungai dan laut di Indonesia. Ada peningkatan kekhawatiran global tentang polusi plastik, dimana Indonesia menjadi pencemar plastik laut terbesar kedua. Diperkirakan 0,27–0,59Mt sampah plastik dibuang ke laut Indonesia (2021, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).

Sementara itu, tingkat daur ulang sampah di Indonesia, yang sebagian besar bergantung pada sektor informal, hanya dapat memproses kurang dari 5% sampah yang dihasilkan (2021, Bank Dunia), dengan tingkat daur ulang plastik hanya 7%. Padahal, sampah plastik berkontribusi sekitar 10,6% dari total timbunan sampah nasional.

Saat ini, regulator, industri, dan masyarakat, sama-sama menyadari perlunya membatasi limbah dan mengidentifikasi solusi dari isu ini. Beberapa tahun terakhir telah terlihat minat yang meningkat berbagai pihak pada potensi teknologi sirkular untuk menghentikan, atau setidaknya mengurangi efek buruk dari model produk “pakai-buang”.

Mengatasi polusi plastik melalui peningkatan ekonomi sirkular, Reduce, Reuse, dan Recycle (3R).

Boston Consulting Group (BCG) baru-baru ini menyelesaikan beberapa analisis komprehensif pasar limbah global, sistem pengumpulan, dan peraturan daur ulang, termasuk kasus bisnis untuk daur ulang mekanis dan teknologi konversi. Dan di banyak pasar, kegiatan ekonomi lebih menyukai plastik sekali pakai atau plastik sekali pakai daripada daur ulang, Sementara yang lain tidak memiliki sistem pengumpulan dan penyortiran yang diperlukan. Akibatnya, plastik fleksibel sekali pakai (seperti tas dan kemasan), yang menyumbang sekitar 50% dari semua konsumsi plastik dan setengah dari total sampah laut, sebagian besar berakhir dengan dibakar, ditimbun, atau dibuang begitu saja.

Namun dengan berbagai temuan analisis tersebut, bukan berarti kita hanya bisa berpangku tangan. Semakin banyak gerakan nasional dan regional di seluruh dunia yang didedikasikan untuk mengatasi polusi plastik melalui peningkatan ekonomi sirkular, Reduce, Reuse, dan Recycle (3R), sistem pengelolaan limbah, dan kegiatan pembersihan, termasuk pengaturan kebijakan berikut di antara para pemangku kepentingan.

Pemerintah pusat dan daerah misalnya, didorong untuk mengembangkan kerangka hukum dan insentif, mengadopsi rencana pengelolaan sampah, dan mengambil tindakan lain. Semakin banyak negara yang juga mengembangkan strategi dan rencana tentang ekonomi sirkular plastik, termasuk pengelolaan sampah plastik.

Organisasi penelitian dan sektor swasta juga diharapkan mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasi sampah laut dan mikroplastik. Diketahui lebih dari 60 negara telah mengambil langkah untuk melarang atau mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, seperti tas belanja plastik, peralatan makan plastik, dan sedotan.

Mengembangkan strategi dan rencana tentang ekonomi sirkular plastik, termasuk pengelolaan sampah plastik

Lantas, apa saja pengetahuan penting yang perlu kita ketahui tentang sampah terkait perubahan iklim, serta cara sederhana mengurangi sampah? Berikut ini Indikator kumpulkan pengetahuan tentang sampah dari berbagai sumber. 

  • Bagaimana sampah terkait dengan perubahan iklim?

Limbah padat berkontribusi langsung terhadap emisi gas rumah kaca melalui pembentukan metana dari pembusukan limbah anaerobik (proses pengolahan limbah tanpa oksigen) di tempat pembuangan sampah. Ada pula emisi nitro oksida dari fasilitas pembakaran limbah padat.

  • Mengapa sampah menjadi masalah iklim?

Produksi dan pembakaran sampah non-organik (jenis sampah yang sulit untuk terurai) menggunakan sumber daya alam seperti air, bahan bakar, logam, kayu dalam produksinya, menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida dan polutan lainnya. Sampah plastik menghasilkan emisi gas rumah kaca di setiap tahap siklus hidupnya. Baik karbon dioksida dan metana adalah gas rumah kaca, yang berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim.

  • Bagaimana mengurangi limbah untuk membantu perubahan iklim?

Pencegahan limbah dan belanja cerdas dapat lebih efektif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari konsumsi energi. Saat membeli lebih sedikit atau menggunakan kembali produk, maka lebih sedikit energi yang dibutuhkan untuk mengekstrak, mengangkut, dan memproses bahan untuk menghasilkan produk.

Limbah menyebabkan polusi, berkontribusi terhadap perubahan iklim, dan menghamburkan lebih banyak uang, energi, dan sumber daya alam daripada yang kita sadari. Membuat perubahan kecil dalam kehidupan kita sehari-hari dapat membuat perbedaan yang kuat bagi kesehatan semua makhluk hidup serta planet yang kita sebut rumah ini.

Dampak sampah terhadap perubahan iklim, maka diperlukan berbagai usaha untuk mengurangi jumlah sampah. usaha ini dapat kita lakukan mulai dari hal-hal yang sederhana.

Setelah kita tahu tentang dampak sampah terhadap perubahan iklim, maka diperlukan berbagai usaha untuk mengurangi jumlah sampah. Tak perlu jauh memikirkan usaha dalam skala besar dan masif, karena usaha ini dapat kita lakukan mulai dari hal-hal yang sederhana. Berikut ini adalah beberapa caranya: 

  1. Reduce, Reuse, dan Recycle (3R). Kurangi apa yang Anda buang. Misalnya, hindari wadah dan peralatan makan sekali pakai, gunakan botol atau gelas yang dapat digunakan kembali untuk minuman saat bepergian, atau tas belanjaan yang dapat digunakan kembali, dan tidak hanya berfungsi untuk berbelanja.
  2. Menjadi relawan atau bergabung dengan komunitas untuk kegiatan kebersihan.
  3. Edukasi. Berbagi pengetahuan dan inisiatif penanganan sampah yang diharapkan bisa menginspirasi lebih banyak pihak.
  4. Pilih materi yang berkelanjutan. Cerdas dalam memilih produk. Berbelanja dengan bijak, dan utamakan produk yang dapat didaur ulang.
  5. Buat kompos dan tanamlah pohon
  6. Beli barang bekas dan sumbangkan barang bekas.

Dengan berbagai inisiatif yang telah dilakukan di atas, cara paling efektif dalam kontribusi pengurangan sampah tentu saja jika kepedulian itu dimulai dari diri sendiri, atau setidaknya dalam lingkungan terdekat yaitu keluarga. Apa yang sudah kita sendiri lakukan untuk mengurangi sampah?