Peran Dunia Usaha Pulihkan Sosial Ekonomi Akibat Pandemi

Dunia bisnis memiliki peran unik pada masa sulit ini, tidak sekedar untuk bangkit membangun usahanya kembali — namun juga membangun manusia yang lebih tangguh dan dapat beradaptasi dengan masa depan.

Dunia usaha saat ini mulai menggeliat bangkit dari dampak COVID-19 yang berkepanjangan. Di sisi lain, pandemi ini seakan menyadarkan semua pihak akan kebutuhan sebenarnya. Needs dan wants nyata terlihat dan dirasakan oleh setiap individu, termasuk para pelaku usaha. Banyak kekhawatiran yang muncul setelah pandemi ini bisa dilalui — apakah perekonomian dapat bangkit seperti semula dan dunia usaha bisa kembali bekerja dengan efektif dan efisien.

Sementara itu, PBB (United Nations) menyatakan krisis saat ini telah memberi kesempatan pada dunia untuk membangun masa depan yang lebih baik. Pandemi telah mengajarkan setiap orang untuk dapat melihat kebutuhan dasar yang mereka perlukan untuk bertahan hidup. Meski saat ini kehidupan berjalan melambat dan cenderung menurun, namun dengan kebijakan yang tepat hal ini dapat dengan cepat dibangun kembali dengan kualitas yang lebih baik. Pembangunan manusia pun akan kembali berjalan dengan memperhatikan aspek-aspek yang sebelumnya tidak tersentuh.

Ketika pandemi meradang, pada beberapa sektor, sisi permintaan menurun drastis yang menyebabkan perubahan equilibrium antara penawaran dan permintaan. Hal ini mengakibatkan guncangan pada dunia usaha yang kemudian mengarah kepada peningkatan angka pengangguran dan krisis sosial.

Menyikapi penurunan global ini, menjadi panggilan bagi para pelaku usaha untuk membantu pemulihan perekonomian dunia. Pembatasan pergerakan kegiatan ekonomi, dan respons institusi keuangan nasional juga memegang peranan. Namun para pelaku usaha juga memiliki kesempatan untuk mencapai ekonomi ‘hijau’ dengan berfokus pada penciptaan lapangan pekerjaan dan bisnis-bisnis baru yang mampu beradaptasi dan bertransformasi, serta mengadopsi prinsip ramah lingkungan untuk menciptakan pertumbuhan berkelanjutan.

Lima prioritas kemudian ditetapkan oleh PBB untuk pemulihan sosial-ekonomi dari COVID-19, yaitu:

  1. Melindungi sistem dan layanan kesehatan.
  2. Meningkatkan perlindungan sosial.
  3. Melindungi pekerjaan, usaha kecil dan menengah dan pekerja sektor informal.
  4. Membuat kebijakan ekonomi makro berfungsi untuk semua orang.
  5. Mempromosikan perdamaian, tata pemerintahan yang baik dan kepercayaan untuk membangun kohesi sosial.

Menurut Anna Tunkel, Head of Strategic Initiatives and Global Partnerships APCO Worldwide, tantangan yang kita hadapi saat ini melampaui industri dan perbatasan nasional. Bisnis memiliki peran unik untuk digunakan hari ini, bukan membangun kembali, tetapi membangun maju ke arah masyarakat yang lebih tangguh yang dapat menahan bencana masa depan. Anna menilai ada beberapa cara perusahaan dapat berkontribusi untuk pemulihan yang lebih baik

Gunakan kekuatan organisasi dan kemampuan berinovasi

Bisnis dapat memiliki dampak besar melalui produk yang dihasilkan, infrastruktur global, rantai pasokan dan jangkauan, karyawan dan basis pelanggan. Pada permulaan pandemi, Unilever mengumumkan kemitraannya dengan Departemen Pembangunan Internasional Pemerintah Inggris (DFID) untuk menjangkau satu miliar orang di seluruh dunia, menyediakan 20 juta produk kesehatan di negara berkembang, termasuk di daerah-daerah minim sanitasi. Usaha Unilever ini menggambarkan jangkauan global dan rantai pasokannya. Sementara Accenture menggunakan platform teknologi mereka dengan meluncurkan People + Work Connect, sebuah platform inovatif yang memfasilitasi pekerjaan yang berkelanjutan, membantu orang kembali bekerja selama pandemi.

Bersikap ambisius dan kreatif dalam menentukan dampak yang diinginkan dengan seluas-luasnya

Masalah iklim, ketidaksetaraan, hingga pengangguran diperburuk oleh krisis ini dan kelangsungan bisnis akan tergantung pada pemberdayaan komunitas tempat perusahaan beroperasi. MIT Solve, pasar untuk inovasi sosial, secara rutin menyatukan para pengusaha teknologi dan jaringan pemimpin publik, swasta dan filantropis untuk menjawab tantangan global. Sementara PayPal memfokuskan upaya mereka pada manajemen keuangan karyawan mereka, menentukan pendapatan bersih sekali pakai dan menetapkan batas yang lebih tinggi untuk upah dan tunjangan. Sedangkan Intel, Google, dan Nestlé, baru-baru ini menegaskan kembali komitmen energi hijau dan kampanye iklim mereka.

Bangun kemitraan baru

COVID-19 telah menunjukkan tidak hanya mobilisasi yang cepat di semua sektor, tetapi juga gelombang baru kemitraan, yang memprioritaskan dampak daripada pertimbangan bisnis yang kompetitif dan menciptakan sinergi yang inovatif. Takeda misalnya bergabung dengan kompetitornya dalam mengembangkan solusi plasma untuk perawatan COVID-19, hingga Ventec Life Systems dan GM yang memproduksi ventilator perawatan kritis. Jenis kemitraan ini perlu menjadi norma baru dan akan menjadi akselerator yang berdampak besar.

Ini adalah momen yang menentukan bagi kita. Dunia usaha akan memiliki peran dan tanggung jawab penting dalam mendorong pemulihan dan membangun dunia yang lebih hijau, adil dan  cerdas. Inilah saatnya untuk membangun ke depan, masa depan yang lebih baik.