Kendaraan Listrik, Aksi Nyata Dunia Wujudkan Energi Lebih Bersih

Perkembangan menunjukkan tren positif pelaku usaha, konsumen, hingga pemerintahan negara-negara dunia.

Ketika Uni Eropa pada Maret 2023 mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan semua mobil baru yang dijual memiliki emisi CO2 nol mulai tahun 2035, negara-negara Eropa meresponnya dengan membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk mobilitas bebas bahan bakar fosil. Swedia dikabarkan akan memulai pembangunan jalan raya menjadi jalan listrik permanen yang pertama di dunia. Di jalan tersebut, mobil dan truk dapat mengisi ulang baterai kendaraannya sambil melaju di jalan.

Rute Eropa E20 menjadi rute yang dipilih karena menghubungkan kawasan logistik antara Hallsberg dan Örebro, yang terletak di tengah tiga kota besar negara itu yaitu Stockholm, Gothenburg, dan Malmö di Swedia. Proyek jalan listrik ini saat ini dalam tahap pengadaan dan direncanakan akan dibangun pada tahun 2025.

Metode pengisian daya untuk E20 belum diputuskan, namun setidaknya sudah terdapat tiga opsi sistem yaitu sistem catenary, sistem induktif, dan sistem konduktif. Namun sistem catenary hanya dapat digunakan untuk kendaraan berat, karena menggunakan kabel overhead untuk menyediakan listrik ke jenis bus atau trem khusus. Jalan listrik sendiri bukan hal baru bagi Swedia. Negara tersebut telah mempelopori jalan listrik melalui beberapa proyek percontohan, termasuk jalan listrik sementara pertama di dunia.

Sarana pendukung juga terus disiapkan sektor industri di negara lainnya. Tesla misalnya pada 8 Mei 2023 lalu sudah memulai pembangunan kilang lithium di Texas, Amerika Serikat, yang menurut CEO Elon Musk dapat memproduksi logam baterai yang cukup untuk membangun sekitar 1 juta kendaraan listrik (EV) pada tahun 2025 sehingga diklaim sebagai kilang pemroses material terbesar di Amerika Utara.

Tidak hanya memproduksi kendaraan listrik namun yang tak kalah penting adalah pembangunan infrastruktur dan ekosistemnya.

Tesla sebelumnya dikenal sebagai produsen yang fokus membuat mobil listrik, namun Musk menyatakan bahwa langkah perusahaannya untuk masuk ke area pemurnian dan pemrosesan lithium diperlukan jika pihaknya ingin memenuhi target penjualan EV yang ambisius. Tidak hanya memproduksi kendaraan listrik namun yang tak kalah penting adalah pembangunan infrastruktur dan ekosistemnya.

“Seperti yang kita lihat beberapa tahun ke depan, salah satu hambatan mendasar dalam kemajuan kendaraan listrik adalah ketersediaan baterai lithium,” tutur Musk. Tesla menargetkan pabrik selesai dibangun pada tahun depan dan dapat mencapai produksi penuh sekitar setahun kemudian.

Target penjualan EV ambisius dari Musk tentu bukan sekadar bualan. Laporan dari Internasional Energy Agency (IEA) menyatakan penjualan EV global diperkirakan naik 35 persen pada 2023 dari tahun sebelumnya, yang berarti menembus rekor 14 juta unit. Hal ini berpotensi terjadi karena pertumbuhan yang kuat di Cina, Eropa, dan Amerika Serikat. 

Dengan ekspansi yang cepat, pangsa EV di pasar mobil secara keseluruhan kemungkinan akan meningkat menjadi 18 persen, naik dari 4 persen pada tahun 2020, kata IEA dalam laporan tahunan Global Electric Vehicle Outlook yang dirilis pada akhir April lalu. Proyeksi optimis ini muncul setelah penjualan global kendaraan listrik berbasis baterai dan kendaraan listrik plug-in melebihi 10 juta unit tahun lalu, melonjak 55 persen dari tahun sebelumnya.

Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk mewujudkan penggunaan energi yang lebih bersih, pengurangan impor BBM, penghematan devisa serta penurunan emisi CO2.

Beberapa pengembangan kebijakan juga dapat mendongkrak penjualan EV di masa mendatang, mulai dari paket “Fit for 55” di Uni Eropa yang ingin mewujudkan emisi nol karbon dioksida untuk mobil pada tahun 2035, hingga Amerika Serikat yang mengeluarkan Undang-Undang Pengurangan Inflasi mencakup insentif pajak untuk pembelian kendaraan listrik. Ini juga telah mendukung pemasangan lebih banyak fasilitas pengisian ulang.

China sendiri memimpin pasar EV global dengan raihan 60 persen dari penjualan EV global pada 2022. Hal ini didukung oleh perpanjangan insentif pembelian untuk kendaraan listrik, sehingga total penjualan mobil domestik melonjak menjadi 29 persen untuk tahun ini, naik dari 16 persen pada tahun 2021. Di Eropa dan Amerika Serikat, masing-masing pasar EV terbesar kedua dan ketiga, penjualannya meningkat masing-masing sebesar 15 persen dan 55 persen pada tahun 2022.

Di Indonesia sendiri, Pemerintah terus mendorong program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk mewujudkan penggunaan energi yang lebih bersih, pengurangan impor BBM, penghematan devisa serta penurunan emisi CO2. Sejalan dengan target net-zero emissions pada tahun 2060, jika 140 juta unit seluruh kendaraannya diganti dengan listrik, maka kita dapat mengurangi emisi sekitar 100 juta ton CO2 tiap tahunnya. 

Sumber berita: Reuters

Sumber berita: Euronews