Keberlanjutan tahun 2024: Melihat lebih dari sekedar karbon dan pendekatan ESG

Mengatasi perubahan iklim dan degradasi lingkungan semakin mendesak. Ketika peraturan baru mulai berlaku, dunia usaha perlu mempertimbangkan di mana investasi perlu dilakukan dan bagaimana berkomunikasi secara transparan.

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia usaha baik secara global maupun nasional menghadapi peningkatan tantangan operasional. Pertama, pandemi Covid-19, kemudian perang Ukraina yang menyebabkan peningkatan inflasi hingga kenaikan suku bunga sehingga kestabilan profitabilitas fokus terhadap peningkatan keberlanjutan semakin menantang.

Namun, perubahan iklim tidak mengenal kata henti. Kenaikan suhu bumi terus berjalan. Pada tahun 2024, dunia usaha perlu menemukan cara untuk berpikir jangka panjang mengenai keberlanjutan bersamaan dengan tekanan jangka pendek pada pendapatan perusahaan. Rencana pencapaian netral karbon perlu diperkuat dengan langkah yang feasible untuk dilakukan. Tak hanya itu, perusahaan juga perlu untuk memperluas cakupan di luar karbon, update dengan peraturan ESG baru, serta transparan dalam mengkomunikasikan milestone keberlanjutan perusahaan.

Update dengan peraturan keberlanjutan 

Secara global, peraturan keberlanjutan diperbaharui sehingga data dan progress menuju tujuan keberlanjutan menjadi lebih transparan dan terstandarisasi. Transparansi ini mengharuskan perusahaan untuk menerbitkan laporan rutin mengenai dampak lingkungan dan sosial dengan tujuan membantu investor, pembuat kebijakan, dan konsumen mengevaluasi kinerja perusahaan.

Beradaptasi dengan standar baru akan menjadi tantangan bagi perusahaan yang tidak memiliki pendekatan terhadap pengelolaan dan tata kelola data ESG. Transparansi ini juga akan mengarahkan perusahaan untuk mengidentifikasi, melaporkan, dan melakukan mitigasi dampak operasi mereka termasuk terkait dengan hak asasi manusia dan lingkungan.

Dengan peraturan baru ini, perusahaan perlu menyediakan baseline, target, KPI, dan metrik baru seputar keberlanjutan. Hal ini juga memberikan tanggung jawab pada perusahaan untuk memahami data ESG mereka dan memastikan tata kelola yang baik. 

Melihat solusi keberlanjutan secara menyeluruh, lebih dari sekedar emisi karbon

Hingga saat ini, sebagian besar fokus pemerintah dan dunia usaha adalah pada emisi karbon dan upaya penurunannya. Namun, terdapat kesadaran yang semakin besar bahwa meskipun peralihan dari bahan bakar fosil itu penting, namun diperlukan upaya dan monitoring yang lebih luas pada metric lainnya.

Pada COP 28 Desember lalu, upaya lebih besar ditekankan pada pengurangan emisi metana – gas rumah kaca yang 28 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida dalam memerangkap panas di atmosfer. Begitu juga halnya terkait industrial waste. Peralihan dari bahan bakar fosil akan membantu, namun pengurangan waste oleh perusahaan juga diperlukan.

Peran alam dan keanekaragaman hayati juga mendapat sorotan. Di Eropa misalnya, menurut S&P Global saat ini hanya sekitar sepertiga perusahaan yang telah menetapkan target untuk mengatasi deforestasi dan melindungi keanekaragaman hayati. Membiarkan alam semakin terdegradasi akan menimbulkan risiko bisnis yang signifikan di kemudian hari.

World Economic Forum memperkirakan bahwa ke depannya nilai ekonomi dunia akan banyak bergantung pada sumber daya alam. Ekosistem yang sehat mempunyai peran penting dalam menyerap emisi gas rumah kaca, menjaga suhu global tetap rendah dan memitigasi dampak lingkungan, seperti badai dan banjir.

Menyeimbangkan profit jangka pendek dengan investasi keberlanjutan jangka panjang

Pada bulan Agustus lalu, Swiss Finance Institute melakukan penelitian mengenai kemajuan yang dicapai perusahaan dalam inisiatif ESG mereka ketika menghadapi tekanan persaingan. Penelitian tersebut menemukan bahwa perusahaan yang menghadapi tekanan lebih tinggi industri, sehingga menghasilkan margin yang lebih rendah, cenderung berinvestasi lebih minimal pada ESG. Hal ini terjadi meskipun penelitian lain menunjukkan bahwa kinerja ESG yang kuat dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif.

Penelitian juga menunjukkan bahwa ketika menghadapi tantangan operasional jangka pendek, beberapa perusahaan cenderung fokus pada langkah-langkah operasional jangka pendek untuk memperbaikinya dan mengorbankan fokus jangka panjang seperti keberlanjutan. Namun penelitian ini juga menemukan bahwa perusahaan yang berinvestasi untuk jangka panjang, memiliki kinerja lebih baik daripada perusahaan-perusahaan yang terpengaruh oleh faktor jangka pendek. 

Tren di tahun 2024 bagi dunia usaha adalah bagaimana menyeimbangkan kebutuhan jangka panjang untuk berinvestasi dalam upaya keberlanjutan dengan kebutuhan jangka pendek untuk meningkatkan pendapatan. Ketika suhu global terus meningkat dan batas waktu emisi karbon nol bersih pada tahun 2050 semakin dekat, tahun 2024 dipandang sebagai tahun yang sangat penting dalam menentukan apakah dunia berada pada jalur yang tepat untuk membatasi pemanasan global.

Dukungan dari tim manajemen dan organisasi secara keseluruhan untuk benar-benar menanamkan keberlanjutan pada titik intervensi yang tepat dalam sistem menjadi krusial. Beberapa langkah yang dapat dilakukan termasuk menjadikan keberlanjutan sebagai bagian dari tinjauan komite investasi dan sustainability. Setiap investasi belanja modal perusahaan juga harus meninjau apakah hal tersebut berdampak pada target pengurangan karbon perusahaan.

Melakukan komunikasi dengan transparan

Area terakhir yang harus menjadi fokus para pemimpin bisnis pada tahun 2024 adalah komunikasi. Perusahaan kini harus mengikuti prinsip-prinsip utama termasuk memastikan bahwa klaim lingkungan harus dibuat jelas, termasuk menyeimbangkan informasi dampak bisnis terhadap lingkungan dan menyoroti aktivitas lingkungan yang positif mengacu pada aktivitas rendah karbon.

Sebagaimana telah dibicarakan pada panel antar negara tentang perubahan iklim, dunia sedang mendekati ambang batas di mana pemanasan sebesar 1,5 ºC di atas tingkat pra-industri. Dan sebagaimana disepakati Perjanjian Paris akan sulit tercapai, sehingga dapat menimbulkan konsekuensi yang buruk bagi masyarakat, perekonomian, dan dunia usaha.

Pada tahun 2024, perusahaan perlu berpikir jangka panjang, bersiap menghadapi peraturan yang lebih kuat, dan mempertimbangkan fokus lebih dari sekedar karbon. Keberlanjutan harus menjadi bagian dari setiap keputusan dan diintegrasikan ke dalam setiap aspek bisnis.