Keahlian Penting Tahun 2030:
Berpikir Kritis

Di tengah kuatnya arus informasi dan perilaku manusia yang hidup dalam “gelembungnya sendiri”, berpikir kritis kian dibutuhkan. Di dunia kerja, tak jauh beda meski kini keberadaan mesin dan teknologi semakin menekan tenaga manusia namun kemampuan (soft skills) manusia tetap dibutuhkan.

Beberapa tahun lalu, Universitas Stanford melakukan penelitian kepada para siswa di Amerika Serikat. Para siswa mendapat tugas untuk menganalisa kebenaran beberapa artikel berita online. Hasilnya, kemampuan siswa untuk bernalar tentang informasi di media digital terbilang buruk. Peneliti di Finlandia kemudian mengulangi percobaan yang sama kepada siswa di negaranya. Namun hasilnya berbeda, siswa di Finlandia lebih mampu memilah pemberitaan.

Perbedaan hasil dari kedua negara tersebut salah satunya dikarenakan perbedaan sistem pendidikan. Kurikulum Finlandia memfasilitasi keterampilan berpikir kritis (critical thinking). Para siswa mendapatkan pelatihan untuk memeriksa kebenaran berita di media sosial, sehingga membuat siswa berhati-hati sebelum membagi dan menyebarkan berita.

Berpikir kritis sendiri menurut laporan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) Future of Education and Skills 2030 yang bertajuk “SKILLS 2030”, masuk menjadi salah satu yang harus dimiliki individu profesional di masa depan. Kemampuan ini membuat Anda dapat berpikir secara logis dan rasional. Setiap fakta yang diambil berdasarkan analisa yang mendalam terhadap fakta yang ada, sehingga Anda misalnya tidak mudah untuk tertipu ataupun ditipu oleh pesaing bisnis.

Berpikir kritis dapat dipelajari. Menurut artikel dari Harvard Business Review, ada tiga hal sederhana yang dapat Anda lakukan untuk melatih diri menjadi pemikir kritis yang lebih efektif:

Mempertanyakan asumsi

“Wah si bos sepertinya marah nih sama saya”. Namun apakah si bos benar-benar marah? Inilah asumsi. Hanya berdasarkan pandangan pribadi Anda, tanpa lebih lanjut menanyakan apakah pandangan Anda ini sesuai fakta atau tidak. Maka pertanyakan selalu asumsi yang Anda buat.

Jika Anda sedang berdiskusi tentang strategi perusahaan jangka panjang misalnya, pastikan Anda bertanya tentang asumsi yang muncul: Bagaimana Anda tahu bahwa bisnis akan meningkat? Apa yang dikatakan hasil riset akan ekspektasi Anda tentang pasar di masa yang akan datang? Bagaimana trend pasar di masa mendatang dan apa dampaknya untuk bisnis Anda?

Cara lain untuk mempertanyakan asumsi adalah dengan mempertimbangkan jalan alternatif. Anda dapat bertanya: Bagaimana jika klien berubah? Bagaimana jika pemasok keluar dari bisnis? Pertanyaan semacam ini membantu untuk mendapatkan perspektif baru dan mengasah pemikiran Anda.

Bernalar melalui logika

Sebuah contoh, perusahaan pakaian yang sedang mengalami masalah. Pertumbuhan salah satu lini produk utamanya menurun selama bertahun-tahun tanpa ada yang tahu sebabnya. Ternyata perusahaan telah membuat kesalahan penalaran dengan generalisasi yang berlebihan, menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang terbatas atau tidak cukup. Perusahaan yakin bahwa semua pelanggan internasional mereka memiliki preferensi serupa dalam soal pakaian. Jadi perusahaan mengirimkan baju dengan gaya yang sama ke setiap toko di seluruh Eropa. Padahal setelah diteliti selera pasar amat beragam.

Maka perhatikan baik-baik “rantai” logika di organisasi Anda yang dibangun oleh argumen tertentu. Tanyakan pada diri: Apakah setiap argumen didukung oleh bukti? Apakah semua bukti dibangun di atas dasar kesatuan satu sama lain, untuk menghasilkan kesimpulan yang masuk akal?

Menyadari kesalahan umum juga dapat membuat Anda berpikir lebih logis. Misalnya, orang sering terlibat dalam apa yang dikenal sebagai pemikiran “post hoc“. Orang percaya bahwa “karena peristiwa Y mengikuti peristiwa X, peristiwa Y pasti disebabkan peristiwa X”.

Mencari ragam pemikiran dan perspektif

Seringkali kita mengelompokkan diri hanya dengan orang yang berpikir atau bertindak seperti kita sendiri. Hal ini juga terjadi terutama secara online. Anda hanya akan mengikuti orang-orang yang Anda sukai atau pemikirannya Anda setujui. Algoritma media sosial dapat mempersempit perspektif kita lebih jauh, dengan hanya mengonsumsi berita yang sesuai dengan keyakinan individu kita.

Ini sesungguhnya sebuah masalah. Jika setiap orang di lingkaran sosial berpikir seperti kita, kita menjadi lebih kaku dalam berpikir, dan kecil kemungkinannya untuk mengubah keyakinan kita atas dasar informasi baru.

Sangat penting untuk keluar dari “gelembung” pribadi. Anda bisa memulai dari yang kecil. Jika Anda bekerja di bidang akuntansi, bertemanlah dengan orang-orang di bagian pemasaran. Jika Anda selalu pergi makan siang dengan staff senior, maka pergilah juga dengan rekan-rekan junior Anda. Melatih diri sendiri dengan cara ini akan membantu Anda melepaskan diri dari pemikiran standar, dan mendapatkan wawasan yang lebih kaya.

Berikan kesempatan kepada orang-orang untuk memberikan pendapat mereka secara mandiri tanpa pengaruh kelompok. Ketika Anda meminta saran, tahan preferensi pribadi Anda dan minta anggota tim untuk mengirimkan pendapat mereka melalui email dalam catatan terpisah. Taktik ini membantu mencegah orang terlibat dalam pemikiran kelompok.

Berpikir kritis termasuk salah satu hal yang harus dimiliki individu profesional di masa depan

Kemampuan berpikir kritis semakin dapat Anda asah lewat ragam aktivitas. Di Indika Foundation misalnya, sempat menggelar pelatihan Logika sehingga tim mendapatkan pemahaman baru tentang berpikir secara logis. Misalnya saja belajar tentang ragam logical fallacy (sesat pikir). Salah satu sesat pikir yang biasa ada di kehidupan sehari-hari misalnya hasty generalization. Ini dapat terjadi ketika suatu pihak tidak memiliki data yang memadai sehingga berargumen sesuai data yang hanya mereka miliki. Contoh sesat pikir Hasty Generalization adalah ketika kita bertemu beberapa teman dari instansi tertentu yang sulit diajak bekerjasama, sehingga kita akan berargumen bahwa semua orang dari instasi tersebut sulit untuk diajak bekerjasama. Metode belajar critical thinking juga banyak metodenya. Coba tonton video animasi Bener Gitu? (http://bit.ly/benergitu9) Indika Foundation menanamkan nilai berpikir kritis dengan menampilkan ragam perspektif dalam membahas sebuah isu. Latihan berpikir kritis juga bisa dimulai dari skala kecil terlebih dahulu seperti mencari aktivitas di organisasi Anda yang bisa membantu mengembangkan diri dan anggota tim untuk berpikir kritis.

Sementara untuk membiasakan diri mendapatkan perspektif yang berbeda, acara Indika Foundation bernama Ask Me Anything menghadirkan berbagai narasumber lintas agama untuk dapat saling bercakap dengan rileks. Percakapan dan diskusi pun terjadi, sehingga kita bisa saja menemukan asumsi-asumsi yang selama ini kita percayai kepada agama yang berbeda, ternyata keliru. Setidaknya, kita bisa saling menghormati dan menghargai atas ragam perbedaan yang ada.

Tiga hal melatih berpikir kritis; pertanyakan asumsi, gunakan logika,mencari perspektif berbeda.

Berpikir kritis juga bisa kita dapatkan dengan cara membaca referensi-referensi yang menjadikan otak kita semakin terasah untuk bisa berpikir secara luas dan tajam, beberapa referensi tersebut dapat kita temui pada buku-buku di bawah ini.

  • The Critical Thinking Companion – Wabisabi Learning
  • Think Smarter: Critical Thinking to Improve Problem-Solving and Decision-Making Skills – Michael Kalle
  • How to Think About Weird Things: Critical Thinking for a New Age – Theodore Schick & Lewis Vaughn