Saat Keselamatan Kerja Menjadi Target Utama

Berdoa sebelum bekerja, konsentrasi saat bekerja. Bekerjalah dengan aman, karena keluarga menunggu anda kembali dengan selamat.

Slogan diatas mungkin sering kita jumpai. Bahasanya yang catchy terkadang mengundang senyum, namun kalimat sederhana ini sebenarnya mengandung makna mendalam. Tanggal 12 Januari hingga 12 Februari diperingati sebagai Bulan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Nasional. Tahun ini pun Bulan K3 Nasional mengangkat tema “Penguatan Sumber Daya Manusia Yang Unggul dan Berbudaya K3 pada Semua Sektor Usaha.”

Tujuannya adalah untuk terus meningkatkan kesadaran tenaga kerja akan pencegahan kecelakaan kerja hingga terciptanya budaya K3 dan zero accident di tempat kerja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, apakah taglinezero accident” tetap relevan?

Pandangan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja telah berevolusi dari masa ke masa. Teori keselamatan kerja pun terus berkembang, berawal dari masa revolusi industri 1.0 hingga era digitalisasi dan revolusi industri 4.0. Dulu manusia seringkali dianggap menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja namun seiring perkembangannya kemudian muncul teori domino yang mengatakan bahwa cedera kerja dapat terjadi karena adanya tindakan/ kondisi kerja yang tidak aman. Menurut teori ini, kecelakaan merupakan kejadian yang sebenarnya dapat dihindari.

Berkembangnya digitalisasi kemudian mengubah paradigma K3. Di era industri 4.0 saat ini, muncul konsep resiliensi. Resilience engineering yang didefinisikan sebagai kemampuan sistem untuk mencegah atau beradaptasi dengan perubahan kondisi kerja. Pada konsep ini, “best safety performance” ditekankan pada proses dan tentunya akan berujung pada hasil yang diharapkan– sehingga  mampu mempersiapkan perusahaan dari disrupsi yang tak terduga.

Untuk mencapai safety culture diperlukan dua aspek besar yaitu keseimbangan good safety attitude dan good safety management.

Untuk mencapai safety culture sendiri diperlukan dua aspek besar yaitu keseimbangan good safety attitude dan good safety management yang berarti memprioritaskan segala sesuatu terhadap keselamatan. Keseimbangan ini kemudian diterjemahkan Indika Energy Group dalam berbagai inisiatif strategis sebagai salah upaya untuk meningkatkan budaya K3 dan produktivitas perusahaan. Terlebih lagi karena K3 juga menjadi salah satu aspek Environmental, Social, Governance (ESG) dan menjadi hak setiap karyawan untuk bisa bekerja dalam kondisi yang sehat dan aman.

Untuk memastikan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi karyawannya, Perusahaan juga merumuskan aspek K3 dirumuskan dengan jelas dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Komitmen ini juga terefleksikan dalam beberapa sertifikasi yang dimiliki oleh Indika Energy Group. Tripatra dan Petrosea misalnya yang menerapkan sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang berkelanjutan dan konsisten serta bersertifikat OHSAS 18001:2007 dan ISO 45001:2019. Komitmen K3 juga dituangkan dalam buku panduan karyawan dan implementasinya diawasi oleh Komite Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan (HSE) yang juga berfungsi untuk merumuskan kebijakan HSE, identifikasi dan mitigasi risiko HSE.

Aspek HSE menjadi semakin penting dan relevan, terlebih lagi di masa pandemi. Perusahaan pun semakin agresif dalam penerapan aspek keselamatan untuk melindungi setiap karyawan. Berbagai upaya komprehensif dilakukan, mulai dari adaptasi protokol kesehatan hingga kampanye kesadaran akan bahaya COVID-19 terus menerus disuarakan.

Presiden Direktur Kideco Kurnia Ariawan misalnya menuturkan kepada Indikator beberapa waktu lalu, terkait dengan pengaturan arus keluar-masuk karyawan site yang semakin diperketat. “Untuk kepentingan yang tidak urgent, maka karyawan diharapkan tetap stay di site. Sementara untuk keperluan tertentu kembali ke site, maka harus dikarantina selama 14 hari,” ungkapnya.

Di masa pandemi, Indika Energy Group fokus dalam penerapan aspek keselamatan untuk melindungi setiap karyawan.

Tak hanya sebatas langkah pencegahan, Indika Energy Group juga melakukan berbagai inisiatif penanggulangan COVID-19 dengan mendirikan laboratorium PCR melalui Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) di Jakarta dan Indika Solidarity di Balikpapan. Fasilitas isolation center juga hadir di Jakarta dan Balikpapan yang dapat digunakan para karyawan sebagai tempat isolasi, lengkap dengan peralatan dan tenaga medis.

“Dengan adanya isolation center yang ada di Balikpapan kami merasa sangat terbantu, tidak bingung harus bagaimana jika kami sakit dan harus mengisolasi diri untuk melindungi keluarga kami di rumah. Terlebih lagi, fasilitas ini juga ditunjang dengan tenaga medis sehingga kami merasa aman dan diperhatikan oleh Perusahaan,” tutur salah satu karyawan site yang mengaku bahwa pada awal pandemi merasa cukup khawatir karena masih harus berada di lapangan untuk menunaikan tugasnya, tetapi dengan adanya fasilitas dan prosedur yang diterapkan oleh Indika Energy Group membuatnya merasa lebih tenang untuk bekerja.

Seorang karyawan lainnya bercerita tentang kisahnya sejak hari pertama dinyatakan positif COVID-19, dia melihat Indika Energy Group sangat mendukung upaya pemulihan kesehatannya. “Perusahaan aktif mengkordinasikan tracking dan pemeriksaan PCR dan terus memantau kondisi kesehatan saya selama isolasi mandiri, Dukungan ini tentu menambah semangat juang untuk sehat kembali. Makna keluarga besar Indika Energy Group saya rasakan saat sakit hingga akhirnya saya dinyatakan negatif. Terimakasih atas dukungan Perusahaan dan doa dari rekan-rekan semua.” ungkapnya.

Sementara seorang karyawan lain yang juga pernah mendapatkan perawatan di isolation center juga menyatakan, pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama hampir satu tahun ini telah membuktikan ketangkasan Indika Energy dalam beradaptasi di situasi pandemi. “Tidak hanya meyakinkan operasional perusahaan berjalan efektif di masa sulit ini, namun inisiatif-inisiatif terkait health & safety dengan cepat diadaptasi dan diterapkan di semua level,” ujarnya.

Untuk membudayakan K3 perlu komitmen setiap karyawan untuk melindungi diri sendiri, orang lain dan ekosistem sekitar.

Inisiatif untuk keselamatan kerja karyawan tentu akan terus beradaptasi seiring kebutuhan dan perkembangan dan menjadi salah satu kunci utama bagi perusahaan. Budaya dan mindset keselamatan harus tertanam di dalam diri setiap karyawan, sehingga dapat membangun komitmen yang lebih kuat untuk mengimplementasi setiap aspek keselamatan di seluruh aspek operasional perusahaan.

Mendukung hal ini, Petrosea misalnya telah meluncurkan SHEPRO, yaitu aplikasi digital untuk meningkatkan kemampuan pelaporan dan analisa Safety, Health and Environment (SHE), sehingga seluruh informasi dapat dicatat, dilaporkan dan diproses untuk ditindaklanjuti. MBSS pun telah mengimplementasikan HSE Tools: Visual Safety Observation (VISIO), On Spot Monitoring (OSM) dan Near Miss Reporting yang memudahkan berbagai pekerjaan.

Mengubah perilaku untuk berbudaya K3 memang tidak mudah. Perlu komitmen setiap karyawan untuk melindungi diri sendiri, orang lain dan ekosistem. Target zero accident bagi Indika Energy Group bukan hanya pemanis, namun dengan dukungan setiap karyawan berbagai inisiatif yang digalakkan diharapkan mampu meningkatkan budaya K3 dan memacu kita semua untuk menerapkan best safety performance-nya.

Tetap sehat, tetap aman INDY Fellas!