Merdeka Energi Melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Tantangan-tantangan yang dihadapi untuk mengelola potensi listrik tenaga surya.

Indonesia memiliki potensi energi bersih yang berlimpah, baik itu yang bersumber dari energi surya, angin maupun hydro. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dimiliki Indonesia antara lain arus laut samudera sebesar 17,9 GW, panas bumi 23,9 GW, bioenergi 32,6 GW, angin 60,6 GW, air 75 GW, dan matahari atau surya 207,8 GW. Jika ditotal, maka potensinya mencapai 417,8 gigawatt (GW).

Indika Energy Group dengan komitmennya untuk bertransisi ke energi yang lebih bersih menuju net-zero emissions pada 2050 dan saat ini mendiversifikasi portofolionya dengan target pendapatan minimal 50% dari sektor non-batubara pada 2025, melihat potensi tersebut sebagai sebuah peluang besar. Apalagi dengan semakin berkembangnya teknologi, energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi semakin kompetitif jika dibandingkan energi fosil.

Menurut Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan Group CEO Indika Energy, sejak tiga tahun lalu perusahaan telah melakukan transformasi bisnis melalui diversifikasi usaha. Salah satu bentuk transformasi tersebut dengan terjun ke bisnis EBT melalui anak usahanya, Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) yang merupakan perusahaan dengan platform solusi surya untuk sektor komersial dan industri di Indonesia.

Azis yang hadir sebagai pembicara dalam webinar yang digelar Editor Energy and Mining Society (E2S) mengatakan target komitmen net-zero emissions akan dicapai melalui perubahan portofolio, dan melakukan dekarbonisasi. “Kami sudah diskusikan bahwa potensi PLTS sangat besar karena PLTS akan mempunyai suatu ekosistem tertentu. Kami ingin menjadi bagian dari ekosistem solar PV di Indonesia, baik melalui anak usaha EMITS dan lainnya,” jelas Azis.

Potensi PLTS sangat besar karena PLTS akan mempunyai suatu ekosistem tertentu dan Indika Energy ingin menjadi bagian dari ekosistem solar PV di Indonesia

Senada dengan Azis, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Baru Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Chrisnawan Anditya, yang juga hadir sebagai pembicara di webinar bertajuk “Pengembangan PLTS untuk Kemerdekaan Energi; Sampai Kapan Harta Karun Terbesar di Indonesia Disia-siakan?” tersebut juga menyatakan potensi besar EBT di Indonesia.

Menurut Chrisnawan, pemanfaatan EBT di Indonesia saat ini masih rendah. Untuk itu, menurutnya semua energi terbarukan akan dikembangkan, namun kecepatannya akan tergantung dari teknologi dan competitiveness teknologi tersebut.

Salah satu pertimbangan Kementerian ESDM mendorong EBT terutama PLTS adalah harganya yang terus turun dan animo yang meningkat di tanah air. Untuk itulah, regulasi dalam mendukung pengembangan PLTS telah dipersiapkan. Saat ini regulasi tersebut tinggal menunggu selesainya RUPTL.

Kementerian ESDM juga sedang mendorong adanya Peraturan Menteri PLTS Atap yang memberikan insentif lebih bagi partisipasi masyarakat, yakni ketentuan ekspor yang lebih besar dari 65 persen dan kelebihan akumulasi selisih dinihilkan diperpanjang.

Pendirian EMITS adalah langkah strategis dalam transisi energi hijau di Indonesia dengan menghadirkan energi bersih.

Namun pengembangan PLTS bukan tanpa tantangan, khususnya kemampuan industri solar PV dalam negeri yang baru pada tahap assembly modul surya. Pengembangan industri solar PV dalam negeri ada pada skala ekonomi yang kecil, sehingga belum kompetitif. Salah satu penyebabnya dikarenakan komponen PLTS yang penting yaitu inverter belum dapat diproduksi dalam negeri, teknologi penyimpanan energi masih mahal, dan kemampuan produksi dalam negeri juga masih terbatas untuk  mendukung proyek PLTS berskala besar.

Pendirian EMITS sendiri merupakan kerja sama dalam bentuk joint venture dengan Fourth Partner Energy yang merupakan pengembang tenaga surya terkemuka dari India dan dimiliki oleh The Rise Fund, social impact fund terbesar di dunia dengan total dana kelolaan sebesar US$ 5 miliar.

Menurut Azis, pendirian anak usaha EMITS ini adalah langkah strategis dalam transisi energi hijau di Indonesia dengan menghadirkan energi bersih yang terpercaya dan berbiaya kompetitif untuk sektor komersial dan industri di Tanah Air, yang tentu saja akan semakin mendekatkan upaya Indika Energy mencapai net-zero emissions pada 2050.