Leaders’ Insights – Bersiap Menghadapi Pasar yang Mulai Bangkit

Berbagai indikator perekonomian telah menunjukkan tren positif, pelaku bisnis harus jeli melihat peluang pasar.

Perekonomian Indonesia pada 2022 diprediksi akan lebih baik dibanding tahun lalu. Sejumlah indikator menunjukkan tren positif, ekspor misalnya, diperkirakan masih mumpuni dan mendorong surplus neraca perdagangan, kemudian kredit yang mengalami peningkatkan, serta Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di level 118,5 pada November 2021. Selain itu, neraca perdagangan Indonesia pun kembali surplus pada November lalu sebesar 3,51 miliar dolar AS, yang menandai surplus 19 bulan secara berturut-turut. 

Walaupun indikator perekonomian menunjukkan tren positif, namun ada beberapa tantangan yang perlu diwaspadai, mulai dari varian baru COVID-19 Omicron, kenaikan inflasi, tapering off, kelangkaan energi dan faktor lainnya yang dapat mengganggu ekspor Indonesia. 

Dengan berbagai tren positif tersebut, Indonesia berpotensi melakukan akselerasi perekonomian, sehingga bisa bertransformasi menjadi lebih baik. Berbagai analis cukup optimis bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal I-2022 diperkirakan tumbuh di kisaran 5% year on year (yoy) dan keseluruhan tahun dapat mencapai kisaran 5,2% yoy.

Indonesia sendiri pernah beberapa kali menghadapi krisis finansial, salah satunya adalah krisis tahun 2008, yang merupakan krisis terbesar yang dihadapi setelah lepas dari krisis moneter 1997/1998. Pasca krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara perlahan meningkat. Booming harga komoditas ikut mendorong perekonomian Indonesia. Harga-harga komoditas ekspor utama Indonesia seperti minyak sawit, batubara, tembaga, dan karet ikut naik. Berkat booming ini, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus.

Leaders’ Insights merupakan sesi berbagi insights mengenai perkembangan industri dan ekonomi Indonesia yang related dengan strategi perusahaan dalam memberikan energi menuju masa depan Indonesia yang berkelanjutan.

Saat ini, Indonesia sedang dalam proses transformasi, terutama transformasi pertambangan yang dilakukan dengan upaya hilirisasi untuk menambah nilai dari mineral yang diproduksi. Salah satu contohnya adalah dengan dibangunnya kawasan industri pengolahan dan pemurnian (smelter) kobalt dan nikel oleh PT Weda Bay Nickel (WBN). Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara, merupakan kawasan Industri pertama terintegrasi di Indonesia yang diperuntukkan untuk memfasilitasi proses pengolahan mineral dan produksi komponen baterai kendaraan listrik.

Hilirisasi nikel dilakukan karena pemerintah ingin meningkatkan nilai jual dari semua hasil alam yang merupakan bahan baku sebuah produk melalui kebijakan hilirisasi industri. Indonesia sendiri memiliki cadangan nikel berlimpah dibanding negara lain. Tercatat jumlah cadangan nikel Indonesia mencapai 21 juta ton atau sekitar 23,7 persen dari cadangan nikel global, yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbanyak di dunia.

Perkembangan ekonomi makro dan perkembangan terbaru di dunia industri, terutama terkait prospek pasar menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, termasuk bagi Indika Energy. Terkait hal ini, pada 13 Januari 2022, Indika Energy menggelar Indika Energy Leaders’ Insights. Kegiatan yang dilakukan secara daring tersebut menghadirkan Heriyanto Irawan, Managing Partner Verdhana sebagai pembicara. Dalam kesempatan tersebut, Heriyanto memberikan paparan dengan judul ‘The beginning of the season of plenty’, yang menceritakan tentang ekonomi makro dan prospek pasar, termasuk era awal transformasi Indonesia.

Indika Energy Leaders’ Insights merupakan sesi berbagi pengetahuan dan pengalaman dari para ahli terkait topik-topik terkini kepada jajaran eksekutif dan manajemen di Indika Energy Group. Melalui kegiatan ini, manajemen berharap mendapatkan insights mengenai perkembangan industri dan ekonomi Indonesia yang related dengan strategi perusahaan dalam memberikan energi menuju masa depan Indonesia yang berkelanjutan.

Optimisme yang kita bangun akan memberikan energi yang kuat dalam bekerja dan berkarya, sehingga akan membantu perusahaan terus melangkah maju dan berkelanjutan.

Menghadapi dinamika perekonomian, Indika Energy telah melakukan adaptasi dan transformasi bisnis sejak tahun 2018.  Perusahaan telah dan sedang mendiversifikasi portofolio bisnis untuk mengurangi jejak karbon, serta berinvestasi dengan prinsip dan strategi yang sejalan dengan visi keberlanjutan dan berkontribusi pada transisi energi. 

Diversifikasi investasi yang telah dilakukan Indika Energy antara lain: Pertama, pendirian perusahaan patungan untuk pengembangan energi surya di Indonesia yang bernama Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS). Kedua, pengembangan transformasi digital untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi bisnis, termasuk di pertambangan atau industri lainnya. Yang ketiga, yaitu dimulainya investasi pada solusi berbasis alam melalui Indika Multi Properti (IMP), sebuah perusahaan yang menyediakan solusi berbasis alam dengan layanan pengelolaan aset kehutanan, reklamasi dan rehabilitasi lahan. Indika Energy juga mendirikan Electra Mobilitas Indonesia (EMI) pada April 2021 untuk mengembangkan kendaraan listrik di Indonesia beserta ekosistemnya.

Kondisi pasca pandemi COVID-19 terus menunjukkan tren membaik di segala sektor bisnis, segala batasan dan mobilitas yang sebelumnya diterapkan oleh pemerintah mulai dibuka sehingga perekonomian juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan. 

Berbagai indikator perekonomian yang konsisten menunjukkan tren positif dan strategi transformasi Indika Energy yang konsisten sejak 2018 dalam mendiversifikasi bisnis seyogyanya membuat kita lebih positif dalam meneropong masa depan. Optimisme yang kita bangun akan memberikan energi yang kuat dalam bekerja dan berkarya, sehingga akan membantu perusahaan terus melangkah maju dan berkelanjutan.