Interport Fuel Terminal Lakukan Hot Commissioning

Fase pengoperasian penuh sudah semakin dekat bagi fuel terminal Indika Energy Group.

Indika Energy melalui Interport dan anak usahanya PT Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE) tengah menyelesaikan pembangunan fuel terminal di Kariangau, Kalimantan Timur, yang pada awal Oktober ini sudah memasuki fase hot commissioning atau trial operation untuk mencoba seluruh fasilitas yang ada di terminal ini untuk memastikan setiap peralatan yang telah terpasang sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Interport Fuel Terminal (IFT) seluas 60 Ha ini telah melewati berbagai proses pembangunan sejak 2018 lalu. Interport telah menandatangani kontrak kerjasama dengan ExxonMobil untuk menangani penyimpanan produksi minyaknya selama 30 tahun kedepan dan setelah serangkaian proses audit dilakukan, proyek ini dinyatakan memenuhi persyaratan pada September lalu.

Yulius Dopang, Project Manager IFT, tidak menampik berbagai tantangan yang terjadi selama pengerjaan proyek ini, mulai dari kondisi alam hingga adanya pandemi COVID-19. “Namun dengan berbagai tantangan tersebut, Interport tetap dapat menyelesaikan berbagai tahapan pengerjaan sesuai dengan kontrak yang ada,” jelasnya.

Banyak nilai potensial yang dimiliki IFT. Letaknya strategis karena berada di teluk dengan perairan yang tenang dengan laut yang dalam, sehingga kapal besar relatif mudah untuk merapat di terminal. Jaraknya pun relatif dekat dengan kawasan yang telah direncanakan sebagai ibukota baru Indonesia.

Dari segi kapasitas penyimpanan, IFT menjadi salah satu terminal yang bisa menangani volume produk  hingga 77 ribu kiloliter. Hal yang tak kalah penting lainnya, IFT menggunakan teknologi fully automation system, yaitu sebagian besar proses yang dilakukan di terminal ini dilakukan secara otomatisasi sehingga tidak perlu melibatkan banyak manpower sehingga sangat efektif, mengedepankan operation excellence untuk tim yang terbilang tidak terlalu besar yaitu hanya 23 orang yang 95% nya adalah orang lokal untuk seluruh pengoperasian fuel terminal tersebut sehingga dapat meminimalisir risiko kecelakaan kerja.

Yulius lantas mencontohkan persiapan jalur line up pipa yang tidak memerlukan campur tangan banyak orang karena sudah terotomatisasi. “Faktor risiko tentu amat diperhitungkan karena personil akan terlibat dengan berbagai bahan berisiko sekaligus bernilai tinggi seperti minyak dan gas”, tutur Yulius.

Tak tanggung-tanggung, teknologi yang tersemat di dalam terminal dengan total nilai investasi sebesar 1,7 triliun Rupiah ini relatif menyamai operasional fuel terminal besar dan terdepan di berbagai negara dunia seperti Singapura, Brazil, hingga Qatar yang terkenal dengan kapasitas terbesar untuk terminal penyimpanannya.

Dengan fasilitas mumpuni dan klien yang sudah mempunyai nama besar, hadirnya terminal ini diharapkan dapat meningkatkan eksistensi Interport maupun Indika Energy dalam lingkup domestik, regional maupun internasional. “Saya berharap IFT menjadi preferred fuel terminal oleh ExxonMobil, paling tidak dalam kawasan Asia Tenggara” ujar Widjaja Sumarjadi, Direktur Utama Interport .

Selamat untuk semua rekan-rekan Interport yang sudah membuktikan dapat melahirkan proyek fuel terminal ini walau dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini. Sukses selalu untuk berbagai tahapan berikutnya!