Indika Energy Kaji Proyek Gasifikasi Bersama Pertamina

Sumber daya energi dan efektifitas pengolahannya diperlukan untuk menunjang ketahanan energi Indonesia. Ada tiga aspek utama didalamnya yaitu ketersediaan sumber energi, jangkauan pasokan energi dan keberlanjutan pengembangan energi.

Permintaan bahan bakar gas baik untuk sektor industri domestik dan rumah tangga semakin meningkat setiap tahunnya. Namun, menurut  Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi supply productivity gas bumi Indonesia justru menurun dari nilai 8.078 TSCF pada tahun 2015 menjadi 7.234 TSCF pada tahun 2019. Tren ini diperkirakan akan terus terjadi hingga 2030.

Pemerintah juga kini gencar mendorong program hilirisasi batubara guna meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Salah satu program yang kini tengah dikembangkan yaitu proyek gasifikasi batubara yang bisa dijadikan sebagai pengganti bahan bakar LPG. LPG sendiri saat ini merupakan komoditas energi yang lebih dari 70% masih impor, sehingga konsumsinya perlu disubstitusi untuk mengurangi tekanan terhadap neraca perdagangan dan meningkatkan ketahanan energi nasional.

Gasifikasi batubara merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan energi alternatif dengan bahan baku energi yang banyak terdapat di Indonesia. Dalam proyek ini, batubara diproses menjadi bahan bakar pengganti LPG, yaitu DME (Dimethyl Ether).

Indonesia saat ini memiliki cukup banyak potensi batubara berkalori rendah. Gasifikasi batubara juga dapat bisa menjadi subtitusi impor dan menarik investasi lebih tinggi, sehingga dapat mendatangkan multiplier effect. Secara tidak langsung melalui program ini juga akan meningkatkan nilai tambah batubara, menambah devisa dan membuka kesempatan kerja.

Ini merupakan wujud komitmen Indika Energy dalam mengembangkan energi alternatif Indonesia

Melihat potensi ini, Pertamina berkolaborasi dengan beberapa perusahaan pertambangan batubara nasional untuk melakukan kajian teknis dan keekonomian, termasuk dengan Indika Energy yang memiliki komitmen untuk memulai studi terkait dengan teknologi hilirisasi sehingga bisa memberikan kontribusi bagi Indonesia dan para pemangku kepentingan.

Indika Energy kemudian menandatangani Nota Kesepahaman Kerjasama Strategis Gasifikasi Batubara dengan Pertamina pada 7 Desember lalu – yang secara virtual juga disaksikan oleh Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Hal ini merupakan wujud komitmen Indika Energy dalam mengembangkan energi alternatif Indonesia.

“Kami mendukung langkah Pertamina untuk mengembangkan gasifikasi batubara. Kerja sama untuk melakukan kajian ini merupakan wujud sinergi dan gotong-royong antara Pemerintah, BUMN, dan swasta yang sangat strategis. Indika Energy berharap inisiatif ini dapat mendorong pengembangan teknologi hilirisasi batubara yang mumpuni, menciptakan investasi baru, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,” tutur M. Arsjad Rasjid P.M., Direktur Utama Indika Energy.

Mengembangkan teknologi, menciptakan investasi baru, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional

Indika Energy sendiri melalui anak usahanya Kideco Jaya Agung yang merupakan perusahaan tambang batubara terbesar ke-3 di Indonesia, saat ini memproduksi batubara sebesar 32-34 juta ton per tahunnya. Batubara Kideco menghasilkan tingkat nitrogen relatif rendah saat pembakaran, sehingga ramah lingkungan.

Selaras dengan hal ini, Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina juga menjelaskan bahwa program gasifikasi batubara merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan energi alternatif dengan bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia sekaligus mengurangi impor LPG. Nicke juga menekankan pentingnya penerapan teknologi yang tepat dalam program ini sehingga dapat mengurangi dampak lingkungan yang dikhawatirkan dari penggunaan batubara.