Indika Energy Hadir di World Economic Forum Annual Meeting 2022

Digelar lagi secara langsung setelah pandemi, membahas pentingnya transisi energi.

World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) kembali digelar pada 22-26 Mei 2022 di Davos, Swiss. Ajang konferensi ekonomi bertaraf dunia ini kembali digelar setelah tahun lalu vakum karena adanya pandemi COVID-19. Pertemuan yang tahun ini menginjak ke-52 tahun ini mengambil tema “Working Together, Restoring Trust” dengan tujuan untuk mengatasi kesenjangan ekonomi, lingkungan, politik dan sosial yang semakin diperparah oleh pandemi COVID-19.

Pertemuan dihadiri oleh beberapa kepala negara, menteri, pemimpin bisnis global, pemimpin organisasi politik, hingga para penemu di bidang sains dan kebudayaan dari sekitar 90 negara. WEFAM fokus pada beberapa aspek yaitu memajukan kerjasama dalam mengatasi perubahan iklim; membangun masa depan yang lebih baik untuk bekerja; memanfaatkan teknologi Revolusi Industri Keempat; dan memastikan masa depan pekerjaan yang lebih inklusif.

Dalam hal transisi energi, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap. Pada 2050, 30% energi diharapkan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT).

Indonesia turut berpartisipasi dalam pertemuan ini dengan menghadirkan para pejabat negara termasuk Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Arsjad Rasjid selaku Ketua Umum KADIN Indonesia dan Direktur Utama Indika Energy juga turut hadir dalam ajang tersebut.

Pada sesi dialog bertemakan “Indonesian Economic Outlook 2022 and The G20 Presidency G20”, Airlangga menyampaikan tiga isu penting yang dibahas dalam WEFAM kali ini, yaitu arsitektur kesehatan, transformasi digital, dan transisi energi. “Dalam hal transisi energi, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap. Pada 2050, 30% energi diharapkan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT),” ungkap Airlangga.

 

Komitmen Indonesia terhadap EBT juga ditegaskan Bahlil melalui berbagai kebijakan ekonomi. Menurutnya, pemerintah fokus pada kebijakan regulasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya terkait investasi hijau dan EBT, seraya menyebutkan perlunya kerja sama antar negara dalam rangka menyelesaikan permasalahan global, khususnya terkait isu lingkungan.  “Kalau kita ingin menyelesaikan permasalahan global dalam konteks investasi hijau dan EBT, harus adanya pemahaman yang sama dan kolaborasi. Tidak boleh ada satu negara yang merasa lebih hebat dibanding negara lain. Karena itu adalah kunci kolaborasi untuk mensukseskan misi program besar global maupun masing-masing negara,” ujar Bahlil.

Sementara itu, Arsjad memastikan Indika Energy mendukung transisi energi nasional salah satunya diwujudkan dengan komitmen Perusahaan untuk mencapai netral karbon pada tahun 2050. “Indika Energy ingin menjadi bagian dari transisi energi nasional. Hal ini antara lain kami lakukan dengan diversifikasi bisnis ke sektor tenaga surya, solusi berbasis alam, kendaraan listrik,” tutur Arsjad. 

Di luar sesi dialog, kontribusi Indonesia dalam ajang tahunan ini semakin kuat dengan hadirnya Indonesia Pavilion, serta Indonesia Night. Indonesia Pavilion yang diprakarsai oleh pemerintah Indonesia ini merupakan sebuah wadah untuk berdiskusi dan menjalin koneksi dengan perwakilan dari negara lain. Sedangkan Indonesia Night bertujuan untuk mempromosikan budaya dan kuliner Indonesia ke dunia, lewat berbagai pertunjukan kekayaan budaya Tanah Air.