COP26, Indonesia Tegaskan Komitmennya Atasi Perubahan Iklim

Amanah bagi Indonesia sebagai co-chair bersama Inggris dalam Konferensi Climate Change Conference of the Parties (COP26).

Tahun ini, Indonesia akan memainkan peran penting sebagai co-chair bersama dengan Inggris dalam Konferensi COP26 yang akan digelar di Glasgow, Inggris pada 1 hingga 12 November mendatang. COP26 merupakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang memiliki fokus terkait perubahan iklim.

COP26 kini menjadi salah satu agenda penting dan mendesak. Menurut PBB, saat ini kita sudah mulai kehabisan waktu dalam perang melawan perubahan iklim setelah sebelumnya konferensi COP25 di tahun lalu belum berhasil menyepakati tindakan-tindakan esensial yang dibutuhkan untuk pencegahan perubahan iklim.

Tahun ini, setidaknya ada empat agenda utama yang ingin dicapai dalam COP26. Pertama, menyetujui langkah perubahan komitmen pengurangan emisi. Kedua, memperkuat adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Ketiga, mengalirkan pendanaan untuk aksi iklim. Keempat adalah meningkatkan kerjasama internasional dalam transisi energi dan kendaraan ramah lingkungan.

COP26 merupakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang memiliki fokus terkait perubahan iklim.

COP26 memiliki semangat dan keterkaitan dengan Paris Agreement, dimana Indonesia juga merupakan salah satu negara yang telah meratifikasinya pada 2016 lalu di New York. Salah satu hasil utama dari Paris Agreement adalah komitmen untuk menjaga suhu udara global yang meningkat tak lebih dari 2 derajat Celcius dan juga berusaha agar tak melewati 1,5 derajat Celcius. COP26 merupakan momentum penting untuk memperkuat komitmen tersebut agar pakta-pakta dalam Paris Agreement dapat tercapai dan dilaksanakan dengan baik.

Perang melawan perubahan iklim saat ini memang menjadi sorotan internasional. Negara-negara yang tergabung dalam G7 misalnya, kembali menyuarakan dukungan peningkatan aksi kolektif untuk mengatasi krisis lingkungan. Mereka juga setuju untuk meningkatkan kontribusi mereka sebesar $100 miliar per tahun untuk membantu negara-negara miskin mengurangi emisi karbon dan mengatasi pemanasan global.

Menjelang pelaksanaan COP26, Indonesia kembali menegaskan dukungannya terhadap keberhasilan COP26. Sebagai negara yang telah meratifikasi Paris Agreement, Indonesia juga telah memiliki target-target yang akan dicapai terkait pengurangan emisi dan perubahan iklim.

Salah satunya pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% (tanpa syarat dan dilakukan secara mandiri) dan 41% (dengan dukungan internasional) pada 2030. Dalam upaya pemenuhan target pengurangan emisi ini, pemerintah perlu mendapat dukungan dari semua pihak terutama dari perusahaan-perusahaan yang secara langsung proses produksinya terkait dengan emisi gas rumah kaca seperti perusahaan tambang.

Pada tahun 2025 Indika Energy berkomitmen untuk mencapai 50% pendapatan yang berasal dari sektor non-batubara. Indika Energy juga berkomitmen untuk mencapai net-zero emission pada 2050.

Indika Energy sebagai salah satu perusahaan energi terdiversifikasi juga mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan dan pengurangan emisi karbon. Menurut Arsjad Rasjid, Direktur Utama Indika Energy, pada tahun 2025 Indika Energy berkomitmen untuk mencapai 50% pendapatan yang berasal dari sektor non-batubara. Indika Energy juga berkomitmen untuk mencapai net-zero emission pada 2050.

“Indika Energy saat ini berfokus pada layanan sumber daya energi dan juga infrastruktur tetapi kami me-reinventing kembali diri kami, meninjau kembali visi dan misi serta melihat berbagai peluang dan strategi baru,” tutur Arsjad saat menjadi panelis dalam sebuah talk show yang diadakan oleh United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada April lalu.

Salah satu strategi yang dilakukan Indika Energy adalah investasi dalam sektor energi baru dan terbarukan, serta kendaraan listrik.