Bincang Santai bersama DealstreetAsia
Dapatkah Indonesia menjadi pusat kendaraan listrik (EV hub) global yang utama?

Acara yang memberi banyak insight untuk segala pelaku usaha di bidang investasi, teknologi dan kendaraan listrik global di Indonesia.

DealstreetAsia, perusahaan media yang meliputi industri modal swasta (ekuitas swasta, modal usaha, Merger dan Akuisisi [M&A], listing) serta bisnis startup di seluruh Asia kembali menggelar Indonesia PE-VC (private equity – venture capital) Summit, diselenggarakan pada tanggal 25 Januari 2024 di Jakarta.

Acara ini dihadiri lebih dari 500 peserta termasuk pelaku usaha dari dunia investasi modal usaha hingga startup dari berbagai negara. Mengundang pembicara-pembicara ternama untuk dapat menceritakan bagaimana pengalaman-pengalaman serunya dalam hal visi misi untuk masa depan, potensi ekuitas, peluang investasi teknologi, pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) hingga potensi kendaraan listrik di Indonesia.

Sesi utama yang dibawakan oleh Wakil Menteri BUMN Indonesia, Kartika Wirjoatmodjo tentang “Mentransformasi Badan Usaha Milik Negara Indonesia: sebuah visi untuk masa depan” memberikan perhatian khusus bagi peserta bagaimana visi dan misi yang nantinya akan diadopsi untuk masa depan yang lebih baik. 

Pada kesempatan ini, Purbaja Pantja selaku Group Chief Investment Officer Indika Energy dan President Director ALVA. Purbaja Pantja membahas topik mengenai potensi Indonesia sebagai pusat kendaraan listrik global bersama pembicara lainnya seperti CEO Volta Indonesia, Okie Octavia Kurniawan dan CEO Maka Motors, Raditya Wibowo.

“Saya rasa Indonesia siap menjadi EV hub karena kita sudah siap dari segi supply chain-nya.” tutur Purbaja Pantja.

Dengan cadangan nikel yang melimpah, Indonesia dapat menjadi pusat global kendaraan listrik (EV). Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah telah memperkenalkan berbagai insentif untuk menarik investasi dan mengembangkan rantai pasokan kendaraan listrik lokal. Seperti pemberian subsidi pada pembelian kendaraan listrik dan pajak yang lebih rendah dibanding dengan mobil konvensional.

“Saya rasa Indonesia siap menjadi EV hub karena kita sudah siap dari segi supply chain-nya.” tutur Purbaja Pantja.

Indonesia bertujuan untuk mengurangi emisi sebesar 31,89% pada 2030 dan mencapai net-zero pada 2060. Transisi kepada kendaraan listrik dapat membantu negara mencapai tujuan ini. Hal menjadi alasan mengapa Indika Energy menciptakan ALVA, untuk mendukung transisi energi kepada yang lebih ramah lingkungan dan mendukung upaya pemerintah untuk menurunkan emisi karbon nasional.

Dari sisi manajemen resiko dalam mengelola pabrik manufaktur di Indonesia, Purbaja menuturkan Fokus dalam R&D (Research and Development) aktivitas yang kerap kali dilakukan oleh ALVA ketika sedang berinovasi menciptakan produk atau layanan baru. Sesuai namanya, R&D berisikan rangkaian proses penelitian dan pengembangan produk atau layanan yang ingin dibuat.

Begitu pula dengan penyeimbangan pertumbuhan sektor kendaraan listrik dalam konteks pertambangan nikel. Salah satu keuntungan yang didapat dari menggunakan baterai ini adalah dapat didaur ulang. “Maka upaya ALVA dalam waste management adalah dengan mendaur ulang baterai dan menyimpannya dalam storage khusus dengan suhu yang sesuai agar tidak menurunkan performa dari baterai tersebut,” tutur Purbaja. 

Dengan berbagai manfaat yang didapat dari penggunaan kendaraan listrik dan semakin meningkatnya tren penggunaan kendaraan listrik di Indonesia dan global, Indonesia berpotensi kuat untuk bisa menjadi EV hub global yang utama. Mari kita dukung, INDY Fellas!