Menakar Tantangan Korporasi dan Investasi di 2020

oleh: Purbaja Pantja, Chief Investment Officer PT Indika Energy Tbk
Purbaja menjadi salah satu pihak penting dibalik berbagai geliat investasi dan diversifikasi usaha yang dilakukan PT Indika Energy Tbk belakangan ini. Dengan berbagai peluang dan tantangan yang diperkirakan mengemuka di 2020, maka penting untuk melihat visinya dalam membentuk wajah dan langkah Perusahaan di tahun ini.

Korporasi kini dituntut mendefinisikan kesuksesan mereka lebih dari sekadar pertumbuhan finansial semata. Bagaimana menurut Anda?

Saya melihatnya Indika Energy secara tidak langsung sudah memperhatikan aspek lain yang sifatnya non-financial. Sejak saya masuk di organisasi ini pada 2017, saya sudah merasakan juga bahwa ada getaran-getaran dari pimpinan di sini untuk memikirkan hal tersebut. CEO JP Morgan pernah menyatakan “perusahaan tidak hanya melihat dari segi profit”, getaran yang sama juga sudah saya rasakan di Indika Energy. Ini tentu sesuai dengan 5 values yang kita percaya baik, dan sudah diterapkan sejak dulu. Values ini tentu bukan hanya untuk karyawannya saja, tapi juga untuk semua stakeholders di lingkungan kita. Kita ingin memastikan bahwa profit memang penting, namun kesejahteraan dan semua yang berkaitan dengan kehidupan stakeholders juga harus ikut kita pikirkan. Misalnya saja inisiatif membuat Indika Foundation, yang bagi saya merupakan kepercayaan dari pimpinan Indika Energy untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu, selain perusahaan yang menghasilkan profit semata. Hal ini juga memperlihatkan pemikiran yang lebih luas dan jangka panjang, tidak hanya dalam 1-2 tahun ke depan. Kata-kata “sustainability” sudah banyak dibicarakan, namun definisi dan interpretasinya bisa berlainan antar individu, sehingga saya yakin kita bisa melihat sustainability dalam the truest sense, yaitu membentuk ekosistem yang baik sehingga sustainability betul-betul terlaksana.

Apa definisi Anda sendiri tentang sustainability?

Orang mungkin dulu lebih fokus dengan apa yang dinamakan CSR, namun sekarang mungkin orang lebih melihatnya dengan dampak ESG (Environment, Social and Governance). Saya mulai mendengar istilah ini sejak 2016. Jadi memang

sustainability itu bukan hanya sekadar tentang lingkungan, tapi juga tata kelola dengan melihat cara kerja, Human Capital, yang akhirnya menjadi sebuah kesatuan untuk kita bisa menjadi sustainable.

Jadi walau “G” dalam ESG ada di paling belakang, namun tetap sangat penting karena sebagai sebuah perusahaan kita harus tetap mempunyai proses, tata kelola yang akhirnya juga terkait dengan “E” dan “S” yang ada di depannya. Karena tanpa proses tadi, kita bisa kalang kabut. Mungkin dalam setahun kita kerjakan, namun belum tentu dikerjakan pada tahun-tahun berikutnya.

Bagaimana Anda melihat pentingnya organisasi mengadaptasi perkembangan teknologi?

Penting sekali. Sejak 2018, Indika Energy telah melakukan berbagai inisiatif yang berhubungan dengan teknologi maupun disruptive innovation. Diantaranya adalah dengan mendirikan Indika Digital Technology (IDT) yang menaungi 3 perusahaan yaitu ZebraX, Xapiens, dan Indika Digital Ventures. Tiga perusahaan ini kita kategorikan sebagai respon dari disruptive innovation, dari mulai enterprise IT, transformasi digital, dan investasi di dunia startup yang tujuannya untuk memperkaya network yang berkaitan dengan ragam teknologi tersebut.

Ini penting untuk menghadapi 2020, karena dengan teknologi kita bisa memperbaiki kinerja perusahaan-perusahaan yang bernaung di Indika Energy Group. Sebagai grup perusahaan yang salah satu faktor kemajuannya terletak di harga komoditas batu bara, maka yang akan mengendalikannya adalah market. Sehingga secara internal, yang dapat kita lakukan adalah mengendalikan cost production. Kita percaya faktor cost bisa lebih kita kendalikan jika mengadaptasi disruptive innovation. Dahulu, biaya-biaya yang berhubungan dengan big data analytics sangat mahal. Namun sejak 2017-2018, cost untuk computing dan analytics sudah menurun.

Sehingga kami sadar perkembangan Industry 4.0 akan merebak, dan apa yang bisa kita gunakan dari perkembangan ini dalam operasi berbagai subsidiaries. Dalam prosesnya, kita melibatkan pakar dan konsultan yang dapat membantu kita mencapai level berdikari, sehingga kita membuat IDT tadi sehingga kita bisa dengan mandiri melakukan transformasi digital dan analytics untuk meningkatkan performance anak-anak perusahaan.

Petrosea misalnya, sudah mulai mengadaptasi big data analytics dan Internet of Things (IoT) agar tidak tertinggal baik dari segi sistem dan cara memberikan jasa kepada para klien. Tahun lalu Petrosea sudah mendapat apresiasi dari World Economic Forum untuk masuk ke dalam Global Lighthouse Network. Kita tentu bangga dengan pencapaian global ini, terlebih di network tersebut diisi oleh perusahaan-perusahaan besar seperti BMW dan P&G.

Bagaimana peluang diversifikasi usaha di 2020?

Kita terus melakukan studi mengenai diversifikasiserta melihatnya dari tren dunia dan di Indonesia. Yang tidak kalah penting, tidak semua sektor yang bagus itu cocok untuk Indika Energy, karena Perusaaan memiliki DNA dan budaya sendiri. Budaya ini bisa diartikan dari tim yang ada dan kesiapan kita sendiri. Dari berbagai tolak ukur itu, kita bisa melihat kecocokan diversifikasi yang akan kita tempuh.

Dari semua industri yang kita lihat, secara garis besar, kita ingin terlibat dengan bisnis-bisnis yang berhubungan dengan kekayaan yang dimiliki Indonesia. Kaya ini bisa mempunyai definisi yang luas, mulai dari kekayaan sumber alam sehingga kita memiliki tambang batubara. Kita juga melihat kemungkinan untuk terlibat di komoditas yang lain, misalkan mineral sehingga kemudian kita melakukan diversifikasi perusahaan emas, yang tentu masih berhubungan dengan segala aspek dan kompetensi yang kita miliki.

Kekayaan Indonesia juga terdapat di jumlah populasi manusia yang banyak, yang belum tentu dimiliki negara lain. Kita mempunyai apa yang disebut “bonus demografi”, tak lama lagi Indonesia akan mengalami tahun-tahun dengan jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibanding penduduk usia tidak produktif. Begitu pun angka-angka middle income yang saat ini menunjukkan tren yang terus naik. Jika kita melihat sebuah sektor bisnis, maka kita harus bisa melihatnya dari kacamata keuntungan jumlah populasi tersebut, yang dapat kita kategorikan sebagai konsumen.

Kekayaan-kekayaan semacam ini yang menjadi core kita dalam melihat kecocokan investasi di Indonesia. Karena banyak industri yang sudah terbukti berhasil dengan menggantungkan kepada GDP Indonesia per kapita yang saat ini sekitar US$ 4.000

Kita juga ingin masuk ke sektor-sektor dengan visibility ke depan sebagai salah satu pelaku bisnis terbesar. Kita harus menganalisa kompetitor yang sudah ada di sektor tersebut. Kita sudah melakukannya misalnya dengan adanya Kideco dan MUTU, sehingga Indika Energy menjadi pelaku bisnis ketiga terbesar di Indonesia di sektor batubara. Sementara Petrosea adalah salah satu mining contractor terbesar juga di Tanah Air.

Apa saja sektor investasi yang akan dipertimbangkan Indika Energy?

Salah satu faktor yang bisa menjadi fokus kita ke depan adalah renewable energy (energy terbarukan). Kita sudah membentuk sebuah subsidiary Tripatra Multi Energy (TIME) yang sudah diberi mandat untuk melihat berbagai peluang di sektor ini yang sangat luas, tak terbatas pada energi sinar matahari dan angin. Masih ada peluang lain misalnya di energy storage.. Tripatra juga terkenal dengan EPC (Engineering, Procurement and Construction) business sehingga punya kemampuan untuk membangun berbagai fasilitas renewable energy. Ini semua tentu menjadi added value yang membantu kita terjun dalam sektor tersebut.

Sejauh mana membuka opsi diversifikasi dan membuat perusahaan baru lagi?

Ada dua pilihan dalam membuat perusahaan baru. Pertama kita melakukan akuisisi perusahaan yang sudah ada sehingga yang menjalankannya pihak lain, atau membuat entitas baru dan menjalankannya sendiri. Dalam akuisi bisa ada investasi minoritas atau mayoritas. Tentu ada banyak perhitungan dalam melakukan akuisisi, termasuk juga mencari partner dan target yang cocok. Definisi cocok di sini bukan hanya cocok dalam harga, namun juga kecocokan aset, dan dalam bekerjasama dengan pemegang saham yang lain. Inilah beberapa tantangan dalam diversifikasi.

Contohya pada 2018, kita sempat mengulas sekitar 50 peluang diversifikasi, pada 2019 sudah kita kerucutkan, dan hasilnya kita hanya melihat satu peluang yang cocok bagi Indika Energy yaitu melakukan investasi di Nusantara Resources Limited. Investasi adalah proses yang panjang dan rumit, karena dalam dunia ini memang biasanya dari angka yang kita ulas dan akhirnya kita dapatkan, rasionya di kisaran 2-3 persen.

Dalam kasus ZebraX dan Xapiens, kita memutuskan untuk membangun yang baru, karena kita percaya bisa berjalan dengan lebih cepat bila kita kendalikan.

Lalu bagaimana mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga, misalnya epidemi Corona yang dampaknya bisa lintas sektor?

Namanya tidak terduga, faktor-faktor seperti ini tentu tidak bisa kita antisipasi sejak awal karena sulit untuk diprediksi, baik dari segi skala dan waktunya. Sehingga kita hanya bisa memperhatikan hal-hal yang memang bisa kita kendalikan, salah satunya production cost tadi. Bisnis teknologi tadi misalnya, walau tidak sebesar bisnis kita yang lain, namun bisnis teknologi ini dapat menjadi enabler, membantu untuk memastikan bahwa berbagai perusahaan yang bernaung di IEG dapat melakukan transformasi digital sehingga menjadi perusahaan-perusahaan yang lebih kompetitif di masa depan.

Apa yang Anda ingin tekankan di 2020 ini?

Masih banyak PR terutama dalam menjalankan diversifikasi usaha, sehingga harapannya apapun yang sudah kita putuskan dalam bisnis ini bisa terus berjalan sehingga mengurangi ketergantungan kita terhadap batubara, dan portfolio perusahaan kita juga bisa lebih seimbang dengan adanya bisnis-bisnis yang lain. Dari segi stakeholders, semoga dari semua inisiatif yang kita jalankan dari tahun-tahun sebelumnya terutama dari segi ESG dapat terus digalakkan, karena saya percaya akan pentingnya sebuah perusahaan yang sustainable.


Move On dan Tetap Percaya Akan Tujuan

Dunia investasi selalu diwarnai oleh risiko melakukan kesalahan dalam melangkah, terlebih di dunia industri yang mengharuskan pelakunya secara gesit melewati segala tantangan yang ada. Hal ini dipahami benar oleh Purbaja sehingga dirinya selalu menekankan kepada para pegawai yang bekerja bersamanya untuk tidak menjadikan kesalahan sebagai hal yang tabu. “Kita harus cepat move on dari kesalahan yang dibuat. Tentu kesalahan harus segera diperbaiki, diiringi kerjasama tim yang baik,” jelas Purbaja. Baginya, hal ini penting karena setiap individu harus tetap memelihara kepercayaan bahwa apa yang dikerjakannya, terlepas dari kesalahan yang telah diperbuat, adalah bagian dari upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara kolektif.