Insight Penambangan Terkini di Dunia

Masih seputar COVID-19 dan dampaknya yang begitu besar, tak hanya menantang kesehatan diri namun juga kesehatan bisnis termasuk pertambangan. Bagaimana menyikapinya?

COVID-19 dengan cepat berubah menjadi epidemi besar. Industri dan perekonomian menghadapi efek permintaan, penawaran, dan strategi keberlanjutan. Berapa lama itu akan bertahan? Semua tergantung pada tingkat perkembangan wabah dan langkah pemerintah bersama masyarakat dalam mengatasinya. Pandemi juga menuntut perusahaan sigap menata strategi usaha karena banyak aspek yang perlu disesuaikan seperti tenaga kerja, tempat kerja, bentuk layanan, manajemen data, dan strategi keberlanjutan bisnis lainnya.

Menurut artikel yang diterbitkan Accenture berjudul “Responding to COVID-19” ada beberapa dasar utama yang kini harus dipertimbangkan untuk bisa terus maju.

Amankan Kesinambungan Operasional

Untuk jangka pendek, perusahaan mungkin perlu siap mengoperasikan aset pada titik yang tidak optimal, yang mengarah ke Overall Equipment Effectiveness yang lebih rendah dengan tetap menyeimbangkan produksi. Perusahaan harus jeli melihat prediksi antara permintaan dengan produksi yang dijalankan. Untuk menghindari over supply dan cost yang tidak efektif. Hal ini juga akan mempengaruhi fleksibilitas tenaga kerja dan sistem operasional. Secara keseluruhan, kita harus mempertimbangkan pandemi ini sebagai wake-up call untuk meninjau ulang proses operasional dan efektifitasnya.

Jaminan Pasokan dan Pengiriman

Perusahaan dapat menyusun kembali rencana permintaan untuk sisa tahun produksi, dengan berkolaborasi dengann pihak-pihak terkait. Perusahaan juga perlu mengidentifikasi profil produksi yang tepat. Disinilah kemampuan perusahaan untuk membaca situasi dibutuhkan. Bagaimana secara tepat dapat melihat tren selanjutnya. Kecepatan pemulihan juga akan tergantung pada tindakan spesifik yang diambil pemerintah. Perusahaan harus menyiapkan diri dan pergerakan pasokannya sedikitnya untuk dua tahun ke depan. Hampir seluruh belahan dunia melaporkan pertumbuhan industri konstruksi yang melambat pada tahun 2020.

Nilai Likuiditas

Perusahaan pertambangan dan logam harus melakukan pemodelan skenario (untuk arus kas, laba dan rugi, serta neraca), dengan melihat ketidakpastian permintaan dan penawaran yang dapat dikendalikan, dan pemicu yang memengaruhi pendapatan dan biaya. Kemudian rumuskan rencana tindakan untuk merespon, sambil mempertimbangkan pengeluaran modal yang akan diperlukan dari perspektif pasokan, tenaga kerja, sumber daya, dan efektifitas operasional.

Banyak perusahaan harus mempertimbangkan penyebaran mekanisme yang memungkinkan mereka secara dinamis menyesuaikan kapasitas produksi sesuai dengan kondisi pasar secara real time. Mereka harus menentukan dampak finansial dari perubahan produksi, dengan melihat kas saat ini dan arus kas yang diharapkan di masa depan, kemudian melakukan perencanaan ulang untuk tahun berjalan dan memasukkan data analisa untuk selanjutnya dapat ditindaklanjuti.

Temukan Peluang

Ketika perusahaan memikirkan kembali operasi dan menyeimbangkan kembali kapasitas produksi, tetaplah waspada terhadap peluang yang terbuka bagi perbaikan strategis yang dapat mendukung pertumbuhan di masa depan. Misalnya, penutupan sementara pabrik dapat memberikan waktu untuk peningkatan aset dan modernisasi. Pelatihan jarak jauh atau teknologi terapan dapat digunakan untuk meningkatkan tenaga kerja yang harus dirumahkan. Dalam perubahan lanskap ini, kemungkinan akuisisi atau kemitraan strategis akan terbuka.

Mengubah Platform untuk Dunia Digital

Teknologi digital dan analitik dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan dan efisiensi, misalnya operasi jarak jauh, optimisasi berbasis ilmu data, otomatisasi, robotika dan banyak lagi. Kemudian perusahan dapat menyesuaikan teknologi inti untuk mendukung masa depan digital dan meninjau kembali proses dan kebijakan bisnis serta serangkaian keterampilan tenaga kerja dalam menggunakan teknologi dan platform.

Menurut laporan berjudul “Can the Indonesian Coal Industry Survive COVID-19?” yang diterbitkan Institute for Energy Economics & Financial Analysis (IEEFA), meski perhatian fokus pada penurunan harga minyak akibat turunnya permintaan atas implikasi COVID-19, harga batubara belum diisolasi. Mulai dari US$ 70/ton pada bulan Januari, harga patokan Newcastle (6.300 kcl) kini turun menjadi US$ 58,33/ton. Penurunan harga yang begitu cepat mungkin belum menjadi momen eksistensial bagi industri batubara global, tetapi ini merupakan pukulan berat bagi Indonesia sebagai eksportir batubara terbesar di dunia.

Laporan ini juga menuturkan bahwa 11 produsen batubara menghadapi tantangan dalam lingkungan operasi. Periode pandemi yang panjang menyebabkan pertanyaan akan keberlanjutan usaha.

Turunnya harga mengakibatkan perusahaan-perusahaan kesulitan cashflow antara lain karena perusahaan harus menanggung selisih harga patokan batubara (HPB) sebagai dasar pembayaran tarif royalti dengan harga jual aktual.

Situasi pandemi kemudian diikuti dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat berkurangnya penggunaan listrik – sehingga berpengaruh ke permintaan batubara oleh PLN dan serapan batubara dalam negeri/ Domestic Market Obligation (DMO).

Pelemahan harga batubara sebenarnya bukanlah hal baru, karena sebelumnya pada 2008 dan 2015 lalu harga juga sempat jatuh – tetapi industri dapat pulih kembali dengan cepat. Namun saat ini berbeda, terdapat faktor ketidakpastian harga yang bergantung pada wabah dan pemulihan kelancaran kegiatan ekonomi. Sulit ditebak kerangka waktu untuk pemulihan dan menjadi tantangan bagaimana menyusun strategi yang tepat karena banyak aspek yang terpengaruh seperti tenaga kerja, transportasi, bahan baku dan rantai pasokan batubara. Akan sangat menantang untuk mengelola semua jenis operasi penambangan dalam kondisi saat ini.

Lalu, bagaimana langkah yang bisa diambil oleh perusahaan pertambangan menghadapi masa sulit ini? McKinsey & Company dalam sebuah artikel menyebutkan istilah Pendekatan 5R: Resolve (Menyelesaikan), Resilience (Ketangguhan), Return (Kembali), Reimagination (Berimajinasi kembali), dan Reform (Pembaruan).

Resolve

Berusaha mengatasi tantangan langsung akibat COVID-19. Usaha ini meliputi empat faktor, yaitu manajemen sumber daya manusia, menjaga rantai pasokan dan produksi termasuk fleksibilitas operasional, menyesuaikan strategi serta meningkatkan komunikasi di seluruh mata rantai. Kemudian perusahaan harus menjaga hubungan dengan para stakeholders dan menyegerakan likuliditas.

Resilience

Mengatasi tantangan manajemen kas jangka pendek, masalah ketahanan yang lebih luas selama pelambatan terkait virus dan dampak ekonomi. Hal ini mencakup pengurangan fixed-cost, peninjauan kapasitas produksi, peninjauan strategi belanja modal, divestasi aset non-inti, melihat peluang merger & akuisisi serta restrukturisasi neraca.

Return

Membuat rencana terperinci untuk mengembalikan bisnis dengan cepat, sambil terus melihat dengan lebih jelas masalah di balik krisis dan efek pukulan terhadap ekonomi serta memperhatikan tanda-tanda pemulihan seperti penurunan dalam kasus positif COVID-19, stabilitas permintaan, penurunan volatilitas pasar global.

Reimagination

Meninjau seperti apa next normal nantinya, implikasinya, dan cara perusahaan harus mengubah dirinya. Perusahaan pun harus melakukan reposisi portofolio produk untuk meningkatkan permintaan baru (misalnya karbon yang lebih rendah, dekomodisasi dan penelusuran rantai pasokan), mempercepat konsep “tambang masa depan,” didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni dan strategi analitik dan digital yang kuat.

Reform

Memahami dengan jelas perubahan di aspek regulasi dan lingkungan industri yang kompetitif. Intervensi pemerintah misalnya, dapat menghasilkan perubahan yang berarti pada lingkungan peraturan pertambangan di seluruh wilayah.

Satu hal yang juga menjadi penentu utama dari keberlanjutan perusahaan di masa pandemi ini adalah implementasi nilai-nilai perusahaan. Faktor psikologis dari semua tenaga kerja yang memiliki semangat untuk bekerjasama mendukung perusahaan serta kemampuan untuk bepikir out of the box serta jeli melihat peluang usaha.