Tingkatkan Perekonomian Melalui Batik, Indika Energy dan YCAB Resmikan Rumah Belajar Batik

Batik adalah bagian dari budaya bangsa yang kaya makna dan filosofi. Lebih dari itu, batik juga turut menggerakan perekonomian bangsa.

Setiap energi yang diproduksi oleh Indika Energy Group tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, namun juga memiliki misi turut membangun sumber daya manusia Indonesia. Melalui program pemberdayaan masyarakat, Indika Energy melihat peluang kerjasama melalui program yang memiliki dampak besar untuk masyarakat.

Batik merupakan salah satu hasil karya bangsa Indonesia yang banyak dikagumi berbagai bangsa serta turut menggerakan perekonomian masyarakat. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, nilai ekspor batik pada semester pertama tahun ini mencapai 21,54 juta dollar AS atau setara dengan 321 miliar rupiah, dan menjadi salah satu pemasukan devisa negara. Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa termasuk dalam tujuan utama ekspor batik Indonesia.

10 Desember lalu, Indika Energy berkolaborasi dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) meresmikan Rumah Belajar Batik di Semarang secara virtual. Rumah Belajar Batik ini merupakan upaya gotong royong untuk melestarikan budaya nasional serta menggairahkan industri batik di Indonesia yang diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan serta mdapat mengurangi pengangguran usia produktif dari kalangan pra-sejahtera melalui pelatihan keterampilan vokasi yang holistik dan terintegrasi.

Menurut Veronica Colondam, CEO dan Founder YCAB Foundation, pendirian Rumah Belajar Batik ini tidak semata hanya untuk mengajarkan masyarakat agar punya skill membatik. Rumah ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan mampu memutus siklus kemiskinan yang berkelanjutan sambil memperkenalkan batik Indonesia ke seluruh dunia.

Salah satu contoh sukses alumni Rumah Belajar Batik Semarang yang cukup inspiratif menurut Veronica bernama Agung. “Dia membuka 30 lapangan pekerjaan di sekitar rumahnya. Dia juga membuka batik gallery” cerita Veronica dengan penuh antusias.

Kesuksesan para pengrajin batik ini salah satunya karena para alumni Rumah Belajar Batik tidak hanya menjual batiknya secara konvensional, tapi juga secara online. Hal itu juga yang kemudian menjadikan materi pelatihan penjualan online dimasukkan dalam materi pelatihan Rumah Belajar Batik.

Selaras dengan hal ini, Arsjad Rasjid Direktur Utama Indika Energy menuturkan, “Dengan cara yang sekarang dilakukan, yaitu platform commercial dan social media, reach out yang ini kan berbeda. Kalau dulu bicara batik misalnya, hanya dijual di sekitaran, tapi sekarang dengan adanya teknologi bisa secara online, harapannya ini juga membuka suatu peluang bahwa mengenalkan batik bukan hanya di level lokal, tapi bisa juga nasional dan internasional.”

Gotong royong adalah budaya bangsa yang selalu kami junjung, termasuk dalam menggerakkan dan membangun perekonomian Indonesia dan membangun masyarakat.

Sementara itu Azis Armand, Ketua Pengurus dan CEO Indika Foundation menekankan bahwa values utama yang ingin diaplikasikan dalam kolaborasi dengan YCAB dan Rumah Belajar Batik ini adalah gotong royong, “Gotong royong adalah budaya bangsa yang selalu kami junjung, termasuk dalam menggerakkan dan membangun perekonomian Indonesia dan membangun masyarakat.” paparnya.

Rumah Belajar Batik Semarang

Sebelum berkolaborasi dalam Rumah Belajar Batik, Indika Energy melalui Indika Foundation telah berkolaborasi dengan YCAB melalui berbagai program lainnya. Kolaborasi ini merupakan bagian dari nilai-nilai gotong royong untuk memperbesar dampak bagi masyarakat.

“Bentuk gotong royong. Tidak hanya dikerjakan oleh individu tapi oleh komunitas, bersama-sama sehingga dampaknya bisa lebih besar.” tegas Azis.

Di Rumah Belajar Batik Semarang, lebih dari 120 peserta menerima pelatihan membatik, pendampingan kewirausahaan dan pemasaran secara online sehingga mereka diharapkan mampu membangun bisnis yang berkelanjutan.

Rumah Belajar Batik Semarang juga berkomitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan. Komitmen ini diwujudkan dengan hanya menggunakan pewarnaan alam untuk bahan yang digunakan dalam membatik, sehingga proses membatik tidak menimbulkan limbah serta tetap ramah lingkungan.