Pengelolaan Limbah Berkelanjutan Indika Energy Group bersama Waste4Change

Program percontohan yang berpotensi diterapkan di anak-anak perusahaan Indika Energy.

Pada tahun 2022 lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Indonesia mengalami kenaikan 0,97 poin dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan kualitas ini tentu tidak terlepas dari berbagai usaha yang dilakukan berbagai pihak dalam menjaga lingkungan, salah satunya pengelolaan limbah yang jika dilakukan dengan baik, dapat mengurangi dampak negatif bagi lingkungan.

Indika Energy pun senantiasa melakukan berbagai inisiatif pengelolaan limbah. Kegiatan usaha berbagai perusahaan yang bernaung dalam Indika Energy Group sendiri menghasilkan limbah yang dapat dikategorikan berbahaya (B3) dan tidak berbahaya. Limbah B3 beragam, mulai dari pelumas bekas, filter bekas, hingga baterai bekas. Limbah tidak berbahaya antara lain besi tua, ban bekas, dan limbah domestik. 

Ada berbagai risiko terkait potensi dampak negatif limbah – baik berbahaya maupun tidak berbahaya – terhadap lingkungan dan masyarakat, seperti potensi ancaman pencemaran laut akibat kebocoran kemasan plastik yang dibuang ke badan air, pencemaran tanah, dan bahaya kesehatan masyarakat.

Indika Energy Group menyadari pentingnya perencanaan proyek yang cermat untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan di lokasi proyek serta kantor pusat melalui berbagai inisiatif seperti pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang limbah. Dilakukan pemantauan dengan teliti semua jenis limbah yang dihasilkan, dan mengolahnya dengan tepat untuk meminimalkan risiko bagi karyawan, fasilitas, dan lingkungan. 

Inisiatif-inisiatif ini sudah menghasilkan berbagai output. Dan pencapaian ini tentu perlu terus dioptimalkan. Di kantor Indika Energy di Graha Mitra, Jakarta misalnya telah dimulai inisiatif pemilahan sampah menjadi 3 kategori: organik, non-organik, dan residu. Inisiatif ini dilakukan berkolaborasi dengan Waste4Change, sebuah perusahaan sosial dengan pengalaman luas dalam menyediakan solusi pengelolaan sampah dan misi serupa untuk berkontribusi pada zero-waste-to-landfill di Indonesia. Saat ini Waste4Change telah menjalankan 53 program pengelolaan sampah yang mencapai 8 juta kg sampah. Program tersebut tersebar di 35 kota dan 16.965 penerima manfaat.

Bersama Waste4Change, program pengelolaan limbah Indika Energy bernama Bijak Kelola Sampah ini memperhatikan dan mendorong praktik keberlanjutan melalui Bijak Kelola Sampah. Data pengelolaan sampah diukur secara rutin sehingga adanya laporan bulanan tentang tren timbulan sampah dan pemilahan sampah. Data ini akan berguna untuk pelaporan keberlanjutan dan untuk mengevaluasi kebutuhan sosialisasi lebih lanjut.

Sampah dikelola dengan cara yang lebih bertanggung jawab, berkelanjutan, dan efisien. Sampah terlebih dahulu dipilah berdasarkan 3 kategori:

Sampah yang telah terpilah di kantor akan dipantau dan selanjutnya dipilah kembali oleh vendor untuk kemudian dikelola sesuai dengan jenis sampahnya.

Kebiasaan dan nilai-nilai positif tentang memperlakukan sampah juga senantiasa ditanamkan kepada karyawan sehingga meningkatkan kesadaran pada aspek ESG (Environmental, Social and Governance) yang saat ini terus ditingkatkan penerapannya. 

Sesi sosialisasi selama kickoff program ini juga dilakukan kepada karyawan Indika Energy, staf kebersihan, dan manajemen gedung untuk memastikan semua pemangku kepentingan memiliki pengetahuan yang selaras tentang pemilahan sampah.

Selama program berjalan, pengelolaan sampah dikelola dengan baik untuk mengurangi pengiriman sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah organik dapat digunakan sebagai umpan bagi lalat berjenis Black Soldier Fly (BSF), atau diolah menjadi kompos.

Sementara untuk sampah non-organik dilakukan berbagai kegiatan seperti pencacahan sampah plastik, pemadatan sampah kertas dengan mesin press, pengemasan sampah kaca dan logam secara rapi untuk aspek keamanan, hingga pendistribusian ke para mitra daur ulang Waste4Change. Sedangkan untuk sampah residu, dilakukan proses dengan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) untuk mengubah limbah menjadi bahan bakar alternatif.

Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi program percontohan yang berpotensi diterapkan di anak-anak perusahaan.